Sukses

Harga LPG Nonsubsidi Naik, PLN Diuntungkan

Pemerintah menaikkan harga LPG nonsubsidi sekitar Rp 1.600- Rp 2.600 Kg

Liputan6.com, Jakarta Pemerintah menaikkan harga LPG nonsubsidi sekitar Rp 1.600- Rp 2.600 Kg. Langkah ini dipandang tepat dilakukan pemerintah karena melihat sejak 2017 belum ada penyesuaian harga LPG nonsubsidi ini.

Direktur Eksekutif Energy Watch Mamit Setiawan langkah ini tepat karena harga LPG terus mengalami kenaikan meski pemerintah Indonesia tak melakukan penyesuaian harga pada 2017.

“Terkait dengan kenaikan harga LPG NPSO (Non-Public Service Obligation/nonsubsidi) untuk 5.5 dan 12 kg saya kira sudah cukup tepat,” katanya kepada Liputan6.com, Senin (27/12/2021).

Dengan waktu empat tahun sejak penyesuaian terakhir di 2017 itu, ia menilai Pertamina mau tidak mau menanggung kerugian terkait penjualan LPG nonsubsidi ini.

“Dan Pertamina jadinya mensubsidi orang yang mampu karena konsumen LPG NPSO ini hanya 7,5 persen dari total penjualan LPG di Pertamina,” katanya.

Mamit menilai, kenaikan Rp 1.600-Rp 2.600 per kg dipandang sudah sesuai dengan perhitungan daya beli masyarakat Indonesia. Dibanding dengan menaikkan harga yang mengacu pada tingkat keekonomian karena akan menampilkan kenaikan yang lebih besar.

“Karena jika Pertamina melepas harga sesuai keekonomian maka saya pastikan kenaikannya diatas yang saat ini ditentukan. Berdasarkan perhitungan saya, kenaikan jika sesuai maka di angka Rp 5.000-Rp 6.000 per kg,” katanya.

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

2 dari 2 halaman

PLN Untung

Lebih lanjut, adanya kenaikan harga ini dipandang akan menguntungkan PT PLN (persero). Pasalnya, kenaikan harga diprediksi Mamit juga akan mendorong sejumlah kalangan untuk melirik kompor listrik dan induksi.

“Yang cukup diuntungkan dengan kenaikan ini adalah PLN. Karena kemungkinan terjadinya migrasi ke kompor induksi semakin besar,” katanya.

“Ini menjadi peluang bagi PLN untuk terus mempromosikan program.kompor induksi ini,” imbuh Mamit.

Di sisi lain, ia khawatir kenaikan harga ini akan mendorong pengguna LPG bersubsidi bertambah. Mengingat ada perbedaan harga yang jauh antara LPG 12 kg, 5,5 kg, dan 3kg.

Meski akan ada migrasi penggunaan ke LPG subsidi, Mamit menilai konsumen akan menambahkan aspek keamanan sebagai bahan pertimbangan memiliki LPG nonsubsidi atau yang bersubsidi.

“Tetapi disisi lain, karena pengguna LPG NPSO (nonsubsidi) ini adalah orang-orang yang mampu, dimana penilaian mereka akan faktor keamanan, dalam menggunakan LPG NPSO jika dibandingkan PSO menjadi utama,” terangnya.