Sukses

Kronologi Ardes Goenawan Disorot Usai Beri Komentar Pedas ke Timnas Indonesia di Piala AFF 2020

Publik tengah dibuat geram karena unggahan kritik Presenter Ardes Goenawan yang dianggap meremehkan Timnas Indonesia di Piala AFF 2020.

Liputan6.com, Jakarta - Masyarakat Indonesia tengah menyambut keberhasilan Timnas Indonesia, mengamankan tiket final Piala AFF 2020. Namun di tengah kebahagiaan tersebut, kritik dan komentar seorang presenter, Ardes Goenawan disesalkan warganet Indonesia.

Di saat mayoritas masyarakat Indonesia menaruh harapan besar pada Timnas Indonesia, Ardes Goenawan justru sebaliknya.

Ia justru pesimistis, bahkan mengesampingkan kemampuan Skuad Garuda di partai final nanti. Selain itu, Ardes juga menyebut Timnas Indonesia over-rated.

"Masuk final AFF gembiranya serasa pahlawan legenda juara Piala Dunia. Hampir kalah di kandang sendiri melawan 9 pemain. Banyak gaya dan provokatif. Intinya, OVER-RATED," tulis Ardes di Instagram Story-nya, dikutip Senin (27/12/2021).

Ardes juga secara terang-terangan menyebut bahwa ia tidak ingin Timnas Indonesia juara di AFF Suzuki Cup 2020 ini. Ia malah mendukung calon lawan Indonesia di final nanti yang juara.

"No offense, tapi ini adalah salah satu dari sedikit indikator bahwa Indonesia masih belum matang di cabang sepakbola. Apresiasi untuk kerja keras pelatih dan para pemain muda Indonesia, tapi gue harap gak juara sih. Aneh banget tim yang hampir kalah dari 9 pemain bisa juara. Semoga Thailand atau Vietnam aja yang juara," ujarnya.

"And please gak usah mengaitkan keberpihakan tim sepakbola dengan nasionalisme. GAK ADA KORELASINYA. Gue dukung Singapore dan Thailand, bukan berarti gue gak cinta negara. Alasannya? Yah ribet... Seribet ngorek hati wanita," tandasnya.

Tuai Amarah Warganet 

Karena postingan Ardes, membuat banyak warganet mengomentari pernyatannya dan mengaku kesal. Mereka kemudian menyampaikan kegeramannya di kolom komentar unggahan terakhir Ardes Goenawan.

Terpantau, di unggahan-unggahan lamanya juga dipenuhi oleh komentar-komentar negatif dari warganet. 

"Cari sensasi. Report aja bareng bareng akun nya biar lenyap. Timnas susah payah masuk ke final, dia malah doain supaya thailand yg juara. Report gausah komen. Report ajaaa," tulis @jokoline97.

"Setidaknya kalau emang tidak mau dukung diam aja mas, enggak elok dilihatnya berkomentar seperti itu. Kelas kita emang masih di Asia Tenggara kok kenapa kayaknya salah banget kalo mengekspresikan kegembiraan," tulis akun @ariaaa10_.

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

2 dari 3 halaman

Respons Menohok Darius Sinathrya

Aktor sekaligus presenter ternama Indonesia, Darius Sinathrya merupakan salah satu di antara warganet yang merespons postingan Ardes Goenawan. 

Menurut Darius, merupakan hal yang wajar Timnas Indonesia meluapkan kegembiraan serasa juara dunia. Mengingat beban yang mereka tanggung cukup berat.

"Duh, bro Ardes Goenawan, wajar pemain gembira serasa juara Piala Dunia, beban para pemain muda ini segitu beratnya untuk penuhi hasrat publik Indonesia (kecuali elu) untuk bisa jadi juara setelah kita selalu gagal di 5 final sebelumnya. Mereka udah ngelewatin proses latihan yang panjang dan berat di bawah STY, bahkan ada beberapa pemain yang memilih menyingkir karena gak kuat, mereka yang tampil tadi malam, memilih bertahan demi Merah Putih," tulis Darius Sinathrya di Instagram Story-nya, dikutip Senin (27/12/2021).

Darius menyebut, dalam 10 tahun terakhir Singapura bukan tim yang mudah untuk dikalahkan. 

"Aneh memang lawan 9 pemain kita nyaris kalah, tapi itulah sepak bola, banyak hal bisa terjadi dalam satu pertandingan, kita memulai dengan luar biasa, unggul cepat lalu lawan bangkit dan balik menekan bahkan setelah kehilangan 2 pemain, membuat pemain frustrasi dan sepertinya semua yang dilakukan salah!! Tapi pertandingan belum selesai dan setiap dari mereka tetap berusaha dengan cara apa pun untuk menyatukan fokus dan menguatkan kaki-kaki mereka tanpa lelah, sekali lagi! Akhirnya mereka berhasil menundukkan lawan yang secara mental dan efektivitas bermain sempat di atas pemain Indonesia," jelasnya.

Lebih lanjut, ia juga menyebut provokasi dari pemain terhadap wasit adalah hal normal dan terkadang perlu dilakukan.

"Banyak gaya itu bagian dari ekspresi, mungkin elu nangkepnya beda jadi bebas-bebas aja, provokatif?! Ada kejadian di mana pemain kita protes atau 'menekan' wasit untuk menghukum lawan, but that's just normal, ada yang narik/dorong/nunjuk-nunjuk wasit??! bahkan saat dihukum penalti di ujung laga?! Kadang provokasi perlu dan penting, sepak bola bukan cuma permainan fisik, tapi ada faktor lain seperti intelegensi, power of mind, mental dan emosi," lanjutnya.

3 dari 3 halaman

Darius Sinathrya : Perjalanan Timnas Indonesia Masih Panjang

Selanjutnya, terkait tudingan overrated yang juga disampaikan Ardes Goenawan kepada Timnas Indonesia, Darius mengungkapkan tak habis pikir. 

Menurut Darius perjalanan Timnas Indonesia masih panjang dan masih butuh waktu untuk menjadi versi terbaik.

"Over-rated?! Well, kalo bicara pemain-pemain muda terpilih dan dilatih pelatih kelas piala dunia yang pernah kalahin jerman, emang sebesar itu harapan dan potensi mereka di turnamen ini. Walau opini pribadi gw. Tim ini memang masih butuh waktu untuk jadi versi terbaik tanpa mengurangi harapan dan dukungan gw supaya mereka bisa jadi juara!," tulis Darius

"Tanpa perjuangan yang mereka rayakan seperti juara piala dunia, hasil akan berbeda. Mereka mau juara, kita mau juara!! Dan apapun hasilnya, sekecewa apapun kita. Dukungan itu gak akan pernah pudar," tambahnya.

Ia pun meminta Ardes agar tak meremehkan perjuangan pelatih dan pemain timnas. 

"Gw gak akan pertanyakan nasionalisme elu, karena gw percaya dalam hati kecil elu tetap sayang, cinta, dan dukung Timnas Indonesia. Cuma mungkin ekspektasi dan perspektif elu lagi agak keganggu sama keribetan ngorek hati wanita, Anyway lain kali jangan dikorek, biasanya mereka suka kalau disayang dan dingertiin," tutup Darius dalam postingannya.

Video Terkini