Liputan6.com, Jakarta Harga minyak mentah dunia diperdagangkan naik jelas rilis data tentang kondisi pasokan. API melaporkan penarikan persediaan bensin sebesar 319.000 barel pada pekan yang berakhir 24 Desember, setelah terjadi peningkatan 3,701 juta barel di pekan sebelumnya.
Stok sulingan mengalami penurunan persediaan 716.000 barel pada minggu ini, setelah penurunan 849.000 barel pekan lalu. Cushing melihat peningkatan 1,594 juta barel minggu ini.
Baca Juga
Melansir laman oilprice.com, Rabu (29/12/2021), WTI diperdagangkan naik 0,49 persen menjadi USD 75,94, tetapi naik USD 6 per barel pada minggu ini.
Advertisement
Sementara harga minyak Brent diperdagangkan naik 0,51 persen USD 72,56 dan naik USD 6,50 pada minggu ini.
Produksi minyak AS mengalami kenaikan yang lambat tapi stabil. Untuk pekan yang berakhir 17 Desember, minggu terakhir Administrasi Informasi Energi menyediakan data, produksi minyak mentah di Amerika Serikat mencapai 11,6 juta barel per hari.
Angka ini tercatat meningkat 600.000 barel per hari sejak awal tahun.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Harga Minyak Kemarin
Harga minyak naik pada perdagangan senin karena harapan bahwa virus Covid-19 varian baru Omicron hanya berdampak terbatas pada permintaan minyak global di 2022. Harga minyak mulai merangkak naik usai laporan bahwa gejala Omicron hanya ringan.
Bahkan harga minyak mampu naik di tengah tekanan pembatalan penerbangan saat kasus Covid-19 terus melonjak. Lebih dari 1.300 penerbangan dibatalkan oleh maskapai AS pada hari Minggu karena COVID-19 mengurangi jumlah awak yang tersedia.
Mengutip CNBC, Selasa (28/12/2021), harga minyak mentah Brent yang menjadi patokan harga global naik 3,2 persen atau USD 0,46 menjadi USD 78,60 per barel.
Sedangkan harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS naik 2,4 persen atau USD 1,78, menjadi USD 75,57 per barel. Pasar AS ditutup pada hari Jumat untuk Libur Natal.
Analis dari OANDA Jeffrey Halley mengatakan, perjalanan yang lebih rendah ditambah dengan aktivitas ekonomi yang melemah seharusnya membawa harga minyak AS atau WTI ke level yang lebih rendah. Namun hal ini tidak begitu terasa karena harga minyak lebih memilih naik sebagai cerminan pemulihan global tetap berada di jalurnya.
“Gangguan terhadap barang dan jasa dari pekerja yang terisolasi terutama perjalanan udara memang membebani harga minyak. Namun hanya akan menyebabkan kegelisahan jangka pendek dengan kisah pemulihan global untuk 2022 masih di jalurnya.” jelas dia.
Harga minyak mentah Brent telah meningkat lebih dari 45 persen di tahun ini. Kenaikan ini didukung oleh pulihnya permintaan dan pengurangan pasokan oleh Organisasi Negara Pengekspor Minyak dan sekutunya, yang secara kolektif dikenal sebagai OPEC+.
Harga minyak sempat turun lebih dari 10 persen pada 26 November ketika laporan varian baru pertama kali muncul. Namun kemudian naik pada minggu lalu setelah data awal menunjukkan bahwa Omicron dapat menyebabkan tingkat penyakit yang lebih ringan.
"Meskipun Omicron menyebar lebih cepat daripada varian COVID-19 mana pun, berita yang relatif melegakan adalah bahwa kebanyakan orang yang terinfeksi Omicron menunjukkan gejala ringan, setidaknya sejauh ini," kata Leona Liu, analis di DailyFX yang berbasis di Singapura.
Advertisement