Sukses

Dihantam Covid-19, Ketua Banggar DPR: Ekonomi Indonesia Tak Jatuh

Indonesia berhasil membuktikan diri sebagai bangsa yang mampu menghadapi pandemi covid-19.

Liputan6.com, Jakarta - Ketua Badan Anggaran DPR RI MH Said Abdullah mengatakan Indonesia berhasil membuktikan diri sebagai bangsa yang mampu menghadapi pandemi covid-19. Hal itu terbukti, perekonomian dapat terjaga sampai penghujung tahun 2021.

Dia menyebut, tahun 2021 dimaknai sebagai tahun pandemi, kelanjutan dari tahun 2020. Efek pandemi Covid-19 ini begitu dahsyat ke segenap kehidupan rakyat Indonesia. Covid-19 menjangkiti lebih dari 4,2 juta rakyat, dan 144 ribu diantaranya meninggal dunia.

“Pandemi Covid19 mengakibatkan sektor riil melambat, dan sesekali terhenti, dampaknya sangat dahsyat, 1,62 juta rakyat kita kehilangan pekerjaan, dan 2,76 juta orang diantaranya jatuh miskin sejak 2020,” kata Said dalam catatannya dikutip Liputan6.com, Kamis (30/12/2021).

Kendati begitu, kata dia, Indonesia telah membuktikan sebagai bangsa yang kuat. Meski banyak tudingan, negara demokrasi besar tidak efektif pemerintahannya dalam menghadapi pandemi Covid-19.

Namun, Indonesia meruntuhkan thesis, pemerintahan demokratis cenderung tidak efektif. Demokrasi dengan dukungan politik yang kuat membuat pemerintahan yang dipimpin Presiden Joko Widodo sangat efektif.

“Hanya tiga bulan saja, dari akhir Juni hingga akhir September 2021 gelombang kedua Covid-19 berhasil dikendalikan. Sampai penghujung tahun 2021, kita masih berhasil mempertahankan flattening the curve. Capaian ini patut kita syukuri, dengan tetap waspada atas ancaman varian omicron,” ungkapnya.

Menurutnya, Pemerintah bersyukur juga mempertahankan keadaan ekonomi agar tidak jatuh. Sampai kuartal III 2021, Indonesia masih diberkahi ekonomi tumbuh 3,24 persen.

Melihat pergerakan sektor riil di kuartal IV 2021, Said optimis pertumbuhan ekonomi kita di sepanjang 2021 bisa tumbuh minimal 4 persen. Prestasi ini menjadi modal yang baik untuk mencapai target pertumbuhan ekonomi 5,5 persen di tahun depan.

“Torehan kinerja baik masih dicatatkan oleh pemerintah. Pendapatan negara hingga Desember 2021 mencatatkan kinerja yang luar biasa,” ucapnya.

Bahkan, kinerja perpajakan, bea cukai, dan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) melampaui target yang diamanatkan oleh Undang Undang APBN 2021. Selama 12 tahun, terhitung sejak 2008 kinerja perpajakan secara beruntun langganan short fall.

“Berkat kerja keras banyak pihak, khususnya Ditjen Pajak realiasi penerimaan perpajakan kita melampuai 100 persen.  Prestasi ini menambah modal ekonomi kita menghadapi tahun 2022. Sukses pencapaian pendapatan negara di tahun ini akan berkontribusi menurunkan defisit APBN kita,” ujar Said.

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

2 dari 2 halaman

Defisit APBN

Dia pun memperkirakan defisit APBN dikisaran 5,3 persen PDB, capaian yang lebih baik dari patokan APBN diangka 5,7 persen PDB. Dampak ikutannya juga akan mengurangi porsi pembiayaan, khususnya pembiayaan utang.

Neraca perdagangan juga mencatatkan torehan surplus selama 19 bulan secara beruntun. Puncaknya pada Oktober 2021 lalu neraca perdagangan mencapai  USD 5,73 miliar, mengalahkan torehan pada Agustus 2021 sebesar USD 4,74 miliar.

“Perkiraan saya disepanjang tahun 2021 ini neraca perdagangan kita akan berlanjut ke posisi surplus. Amerika Serikat, Tiongkok dan Jepang  menjadi mitra dagang yang menopang surplusnya neraca perdagangan kita,” kata Said.

Fenomena supercycle comodity, atau lonjakan harga komoditas dasar akibat adanya kenaikan permintaan secara global inilah yang menjadi berkah neraca perdagangan kita.

Begitupun, indikator kesejahteraan sosial menunjukkan keadaan yang lebih baik. jumlah pengangguran di Indonesia ada sebanyak 9,1 juta orang per Agustus 2021. Jumlah itu turun sekitar 670.000 orang dari posisi per Agustus 2020 yang mencapai 9,77 juta orang.

Penduduk miskin pada Maret 2021 sebesar 10,14 persen atau 27,54 juta orang, capaian ini lebih baik bila dibandingkan September 2020 dimana jumlah penduduk miskin mencapai 10,19 persen atau 27,55 juta.

“Saya memperkirakan jumlah penduduk miskin kita hingga akhir tahun 2021 akan sedikit naik sebagai efek panjang gelombang kedua Covid-19. Hal ini menjadi pekerjaan besar kita ditahun 2022,” tandas Said.