Liputan6.com, Jakarta - CEO GMR International Puvan Sripathy menilai, Indonesia punya potensi besar di industri penerbangan. Bahkan, Indonesia diprediksi akan memiliki pasar aviasi terbesar keempat di dunia pada 10 tahun mendatang.
"Proyeksi 10 tahun ke depan, Indonesia akan mencapai top pasar aviasi dunia. Pertama China, kedua Amerika Serikat, ketiga India, keempat Indonesia. Jadi kita bisa berada di empat besar pasar aviasi terbesar dunia," kata Sripathy di Bandara Kualanamu, Sumatera Utara, dikutip Sabtu (1/1/2022).
Mencium potensi ini, GMR Airports International coba ikut bermain di industri penerbangan nasional untuk pengembangan Bandara Internasional Kualanamu.
Advertisement
Sripathy bahkan percaya, Bandara Kualanamu tak perlu bersusah-susah memindahkan trafik penerbangan internasional yang banyak berpusat di Bandara Internasional Changi, Singapura.
"Itu bukan berbicara soal trafik, tidak perlu. Itu akan tumbuh dengan sendirinya, setiap tahun trafik meningkat," ujar dia.
Salah satu indikatornya, pertumbuhan ekonomi dan populasi kelas menengah di Indonesia dan India. Faktor ini dipercaya akan turut meningkatkan lalu lintas pesawat dari kedua negara, baik untuk kepentingan bisnis maupun wisata.
"Populasi kelas menengah di India naik, kelas menengah di Indonesia naik. Ke depan kelompok masyarakat yang terbang untuk kepentingan liburan dan bisnis bakal meningkat," tuturnya.
"Oleh karenanya pertumbuhan ekonomi akan meningkat. Jadi kita tidak akan mencomot penerbangan (dari Singapura), kita tidak akan mengambilnya dari siapapun. Semuanya akan bertumbuh dengan sendirinya," tukas Sripathy.
Baca Juga
Â
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
AP II Gandeng Investor India Kelola Bandara Kualanamu agar Jadi Hub Internasional
Sebelumnya, PT Angkasa Pura II (Persero) sebagai anggota InJourney Holding fokus meningkatkan optimalisasi seluruh aset salah satunya Bandara Internasional Kualanamu di Deli Serdang, Sumatera Utara, melalui kemitraan strategis (strategic partnership).
Sejalan dengan itu, pengelolaan dan pengembangan Bandara Kualanamu dilakukan dengan skema kemitraan strategis berjangka waktu 25 tahun dengan nilai kerja sama sekitar USD 6 miliar termasuk investasi dari mitra strategis sedikitnya Rp 15 triliun.
Skema kemitraan strategis ini akan menggabungkan sumber daya yang dimiliki AP II dan mitra strategis, sehingga dapat mengakselerasi pengembangan Bandara Internasional Kualanamu untuk menjadi hub dan pintu gerbang utama internasional serta kawasan bisnis di wilayah barat Indonesia.
Adapun dalam mencari mitra strategis ini AP II menggelar tender secara profesional serta transparan yang diikuti berbagai perusahaan global. Setelah melewati rangkaian proses tender, ditetapkan GMR Airports Consortium sebagai pemenang tender.
Penetapan pemenang tender ini juga melalui proses evaluasi oleh tim juri yang berasal dari pakar industri penerbangan, praktisi, akademisi, dan AP II, serta didampingi oleh notaris dan Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP).
GMR Airports Consortium merupakan Strategic Investor yang dimiliki oleh GMR Group asal India dan Aéroports de Paris Group (ADP) asal Prancis, dimana merupakan jaringan operator bandara yang melayani penumpang terbanyak di dunia.
Saat ini GMR Airport mengelola New Delhi’s Indira Gandhi International Airport (Best Airport in India and Central Asia by Skytrax 2019-2021), lalu Hyderabad International Airport di India, Bidar Airport di India, Mactan Cebu International Airport di Filipina, serta tengah mengembangkan Goa International Airport di India, Visakhapatnam International Airport di India, dan Crete International Airport di Yunani.
Angkasa Pura II dan GMR Airports Consortium akan menjadi pemegang saham di joint venture company (JVCo) yakni PT Angkasa Pura Aviasi, yang menjadi pengelola Bandara Internasional Kualanamu. AP II menguasai mayoritas 51 persen saham di PT Angkasa Pura Aviasi, sementara GMR Airports Consortium sebesar 49 persen.
Â
Advertisement