Liputan6.com, Jakarta - Sejumlah pedagang toko kelontong melihat kenaikan cukai hasil tembakau (CHT) atau cukai rokok akan mendorong kenaikan harga rokok di warung. Namun kenaikannya akan bertahap atau tak langsung.
Pantauan Liputan6.com Rabu (5/1/2022), harga rokok di awal 2022 ini mulai naik dibanding akhir 2021 di sejumlah warung dan minimarket di Kota Bogor. Namun memang kenaikannya tidak terlalu besar.
Di Warung Abang, jalan Malabar, Kota Bogor misalnya, harga rokok terpantau mengalami kenaikan yang beragam. Ani, penjaga warung mengatakan, kenaikan baru mulai sejak pekan ini.
Advertisement
“Sekarang udah mulai naik, tapi beda-beda, ada yang gopek (Rp 500) ada yang lebih, tapi ada juga yang belum naik, kayak Djarum Coklat tidak naik,” katanya, Rabu (5/1/2022).
Ia pun menduga kenaikan harga rokok akan berlanjut kedepannya. “Tapi ini katanya belum full, masih sebagian naiknya, jadi masih sedikit, katanya mau naik lagi besok-besok,” imbuh Ani.
Di warung Ani, harga rokok Gudang Garam Internasional diakui mengalami kenaikan. Lalu, Sampoerna Mild, Djarum Super, Marlboro Merah, dan Magnum Filter sudah mengalami kenaikan.
Berbeda dengan Warung Abang, pemilik warung Sri Sejahtera belum menaikkan harga rokok untuk sejumlah merek yang dijualnya. Kalaupun ada harga yang berbeda, itu masih berkisar di angka Rp 500.
“Masih, masih sama,” katanya.
Sementara itu, di minimarket seperti Indomaret di Jalan Bangbarung, Kota Bogor, harga rokok terpantau baru mengalami kenaikan per hari ini. Masih sama dengan toko kelontong sebelumnya, kenaikan terjadi di beberapa merek rokok.
“Udah mulai naik sekarang, tapi banyak juga yang belum,” kata penjaga Indomaret.
Baca Juga
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Tanggapan Masyarakat
Pemerintah menaikkan tarif CHT dengan tujuan menekan jumlah perokok aktif termasuk di kalangan anak-anak dan remaja. Selain itu, landasan kesehatan juga jadi satu landasan kenaikan cukai diberlakukan.
Kenaikan cukai yang memicu kenaikan harga rokok favorit masyarakat pun mendpata beragam tanggapan. Seorang perokok aktif, Reza, mengaku tak terpengaruh dengan kenaikan harga rokok. Ia mengaku masih akan tetap membeli rokok meski harga berubah jadi lebih tinggi.
“Kalau saya sih gak terlalu terpengaruh sama harga ya, ibarat kebutuhan aja rokok itu, jadi masih tetap merokok,” katanya.
Ketika ditanya terkait intensitas merokok, Reza mengaku ada kemungkinan untuk menurunkan banyaknya rokok yang dihisap dalam satu hari.
“Kalau ngurangin ya mungkin aja, tapi tetap akan beli,” katanya.
Terpisah, seorang kreator konten di salah satu startup kuliner yang juga perokok aktif, Afif punya pandangan sendiri terkait kenaikan harga rokok. Ia tak memilih mengurangi jumlah rokok yang dihisapnya, ia cenderung beralih ke merek rokok yang dijual lebih murah.
“Saya sih lebih milih yang lebih murah, asal rasanya cocok,” katanya.
Sementara itu, Fikri, telah lebih dulu mengambil sikap sebelum kenaikan cukai rokok jadi pembahasan masyarakat luas. Ia lebih memilih untuk membeli tembakau linting ketimbang satu bungkus rokok pada umumnya.
“Rasanya lebih variatif, dan terhitung lebih murah juga, jadi lebih enak aja,” katanya.
Advertisement