Liputan6.com, Jakarta - Salah satu negara penghasil minyak terbesar, yaitu Kazakhstan, menghadapi krisis terbesarnya ketika protes meletus dari sejumlah pengunjuk rasa terkait kenaikan harga bahan bakar.
Aksi unjuk rasa tersebut juga terjadi di gedung-gedung pemerintah di negara tersebut.
Baca Juga
Presiden Kazakhstan, Kassym-Jomart Tokayev memberlakukan status keadaan darurat di kota terbesar negara itu, Almaty dan wilayah barat yang kaya minyak sejak Rabu (4/1).Â
Advertisement
Tokayev, dalam keterangannya pada Kamis (6/1/2022) juga meminta bantuan militer aliansi Rusia, Organisasi Perjanjian Keamanan Kolektif (CSTO) - yang berisi lima negara bekas Uni Soviet - untuk turun mengamankan situasi. Negara itu disebutnya telah terjerumus dalam kekacauan.
"Saya berniat untuk bertindak sekuat mungkin," kata Tokayev, dikutip dari AFP, Kamis (6/1/2022).Â
"Bersama-sama kita akan mengatasi periode hitam ini dalam sejarah Kazakhstan," ujarnya.
Pada Rabu malam, seorang koresponden AFP melihat ratusan pengunjuk rasa - beberapa di antaranya terlihat mengenakan helm - berkumpul di pusat kota dan mengarak kendaraan polisi.
Protes telah menyebar ke seluruh negara berpenduduk 19 juta itu, dengan polisi menembakkan gas air mata dan granat untuk memadamkan kerusuhan yang terjadi karena lonjakan harga lokal Liquified Petroleum Gas (LPG).
Menurut para pemrotes, kenaikan harga tidak adil mengingat cadangan energi besar eksportir minyak dan gas Kazakhstan.
Penurunan Harga LPG di Mangystau Kazakhstan Gagal Tenangkan Pengunjuk Rasa
Penyebab awal kerusuhan adalah lonjakan harga LPG di wilayah Mangystau yang kaya hidrokarbon, tetapi langkah pemerintah untuk menurunkan harga sesuai dengan tuntutan para pendemo gagal menenangkan massa.
Diketahui bahwa Mangystau, bergantung pada LPG yang relatif murah sebagai bahan bakar utama untuk mobil dan setiap lonjakan harga akan mempengaruhi harga makanan, yang telah mengalami kenaikan tajam sejak awal pandemi.
Presiden Kassym-Jomart Tokayev mengatakan di Twitter pada Selasa malam bahwa pihak berwenang telah mengambil keputusan untuk menurunkan harga LPG di Mangystau "untuk memastikan stabilitas di negara itu."
Laporan oleh sebuah media independen menunjukkan pengumuman Tokayev tentang harga baru LPG sebesar 11 sen AS per liter turun dari 120 pada awal tahun - gagal melemahkan protes di ibukota Zhanaozen dan Mangystau, Aktau.
Rekaman video yang beredar dari Aktau menunjukkan ribuan pengunjuk rasa yang telah berkemah di pusat kota semalam dikepung oleh polisi.
Advertisement