Liputan6.com, Jakarta - Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Industri (BPSDMI) Kementerian Perindustrian (Kemenperin) menjalin kerja sama dengan Pemerintah Kabupaten Morowali. Dalam kerja sama kedua belah pihak sepakat menggelar program Pendidikan Setara Diploma Satu Vokasi Industri.
“Kami telah melaksanakan penandatanganan MoU terkait Penyelenggaraan dan Pengembangan Program Pendidikan Setara Diploma Satu Vokasi Industri antara BPSDMI Kemenperin dengan Pemkab Morowali,” kata Kepala BPSDMI Kemenperin, Arus Gunawan dalam keterangan tertulis, Minggu (9/1/2021).
Program Setara D1 tersebut berbasis kompetensi di bidang pengolahan logam dengan menyesuaikan kebutuhan sejumlah industri di Kabupaten Morowali.
Advertisement
“Jumlah kebutuhan SDM industri per tahun telah tembus di angka 682.000 orang, sedangkan jumlah rata-rata kebutuhan tenaga kerja di Kabupaten Morowali mencapai 40.000 orang per tahun,” ungkapnya.
Agus menambahkan, BPSDMI siap untuk terus mendukung pengembangan industri di Kabupaten Morowali, seperti yang sudah dilakukan selama ini melalui Politeknik Industri Logam Morowali yang telah menghasilkan lulusan kompeten untuk pemenuhan SDM industri di Kabupaten Morowali.
“Penyelenggaraan Program Setara D1 ini melibatkan unit pendidikan di lingkungan Kemenperin, yakni Politeknik Industri Logam Morowali, salah satu yang akan dikerjasamakan dengan Pemkab Morowali,” imbuhnya.
Melalui Program Setara D1 ini, Kemenperin dan Pemkab Morowali ingin meningkatkan potensi pengembangan industri pengolahan logam di Kabupaten Morowali. Hal ini sejalan dengan tekad pemerintah dalam menjalankan kebijakan hilirisasi industri, khususnya untuk meningkatkan nilai tambah minerba yang ada di dalam negeri.
Baca Juga
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Kembangkan Potensi
Kemenperin mencatat, hilirisasi industri telah berjalan di berbagai sektor, antara lain pertambangan. Contohnya di Kawasan Industri Morowali, Sulawesi Tengah, yang sudah berhasil melakukan hilirisasi terhadap nickel ore menjadi stainless steel. Sebagai gambaran, harga nickel ore kalau dijual hanya sekitar USD40-60, sedangkan ketika sudah menjadi stainless steel harganya bisa di atas USD2000.
Sementara itu, nilai ekspor produk dari Kawasan Industri Morowali, sudah mampu menembus USD 4 miliar, baik itu pengapalan produk hot rolled coil maupun cold rolled coil ke Amerika Serikat dan China. Kontribusi Kawasan Industri Morowali, juga diperlihatkan dari capaian investasi yang signfikan, lebih dari USD 5 miliar dan jumlah penyerapan tenaga kerja melampaui 30 ribu orang.
Bupati Morowali, Taslim mengatakan, kerja sama dengan Kemenperin ini ditujukan sebagai upaya untuk pengembangan potensi daerah Kabupaten Morowali secara menyeluruh, salah satunya adalah sektor pengolahan logam. Pemkab Morowali berkeinginan pula untuk mengembangan Sentra IKM untuk tekstil dan pengolahan ikan roa.
“Ke depan, kerja sama yang dilakukan tidak hanya untuk penyediaan industri logam saja, tetapi juga pengembangan sentra IKM di bidang garmen dan program-program pengembangan SDM industri lainnya,” ujar Taslim.
Advertisement