Sukses

Pak Jokowi, Harga Minyak Goreng Masih Tinggi Lho

Harga sejumlah komoditas di pasar masih terpantau tinggi, terutama harga minyak goreng.

Liputan6.com, Jakarta Ketua Umum Ikatan Pedagang Pasar Indonesia (IKAPPI) Abdullah Mansuri, mengatakan harga sejumlah komoditas di pasar masih terpantau tinggi, terutama harga minyak goreng yang masih jadi perhatian konsumen dan pedagang.

“Harga yang masih tinggi ya beberapa komoditas yang selalu saya sebut, minyak goreng, telur dan ayam,” kata Abdullah kepada Liputan6.com, Senin (10/1/2022).

Namun, untuk komoditas telur dan daging ayam sudah mengalami penurunan meskipun tidak signifikan. Begitupun, harga cabai rawit merah juga berangsur turun. Kendati begitu, penurunan harga cabai rawit merah masih belum di bawah Harga Eceran Tertinggi (HET) masih di atas Rp 50 ribu per kg.

“Cabai rawit merah sudah ada penurunan juga, tapi belum di bawah HET masih di atas Rp 50 ribu. Seharusnya masih bisa di bawah Rp 50 ribu. Yang bertahan cukup sulit itu adalah minyak goreng yang terus kita dorong agar harganya bisa normal, sekarang masih Rp 19 ribu,” ujar Abdullah.

Menurut dia, melonjaknya harga minyak goreng disebabkan supply dan demand tidak seimbang. Dia menilai langkah operasi pasar dilakukan pemerintah tidak akan berdampak signifikan jika operasi tersebut hanya dilakukan di ritel modern.

“Ini persoalan supply dan demand. Kalau minyak goreng itu bisa didistribusikan dan diguyur di pasar tradisional maka harganya otomatis akan turun, tapi jika itu hanya di ritel modern dan di pasar tradisional tidak maksimal maka akan sulit,” jelasnya.

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

2 dari 2 halaman

Acuan

Sebab, acuannya adalah pasar tradisional. Dilihat dari segmentasinya saja sudah beda antara pasar tradisional dengan ritel modern. Abdullah menegaskan, sebesar apa pun upaya pemerintah menurunkan harga minyak goreng, jika tidak menyasar pasar tradisional maka harga tersebut tidak akan turun.

“Karena acuannya di pasar tradisional, segmentasinya berbeda. Sekuat apa pun di distribusi di ritel modern, di pasar tradisional tidak akan goyah harganya, tapi kalau diguyur stoknya di pasar otomatis akan ada penurunan harga,” ucapnya.

Selama stok minyak goreng yang dimiliki pemerintah dan perusahaan bisa didistribusikan di pasar tradisional, secara otomatis harga minyak goreng akan dengan mudah turun.

“Kalau pasar tradisional melimpah maka harga akan turun, ini ekonomi pasar kalau barangnya banyak maka harga akan turun,” pungkas Abdullah.