Liputan6.com, Jakarta Nilai tukar Rupiah mengalami pelemahan dalam beberapa hari terakhir khususnya pada 19 Januari 2022 melemah 0,77 persen dan secara rata-rata Rupiah melemah 0,01 persen sepanjang Januari 2022.
Hal ini disebabkan terbatasnya aliran modal asing masuk ke dalam negeri.
Baca Juga
Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo menyebut, perkembangan nilai tukar Rupiah disebabkan oleh aliran masuk modal asing yang masih terbatas di tengah terjaganya pasokan valas domestik dan persepsi positif terhadap prospek perekonomian dalam negeri.
Advertisement
Meski begitu, Perry memastikan depresiasi Rupiah masih lebih baik dibandingkan mata uang sejumlah negara berkembang lainnya.
"Depresiasi Rupiah tersebut relatif lebih rendah dibandingkan depresiasi mata uang sejumlah negara berkembang lainnya, seperti Filipina (0,98 persen ytd) dan Rusia (2,89 persen ytd)," kata Perry dalam konferensi pers, Senin (20/1).
Ke depan, BI memproyeksi kinerja nilai tukar Rupiah akan tetap terjaga didukung oleh kondisi fundamental ekonomi Indonesia yang tetap baik, meski di tengah ketidakpastian pasar keuangan global yang berlanjut.
“Bank Indonesia terus memperkuat kebijakan stabilisasi nilai tukar Rupiah sesuai dengan fundamentalnya dan bekerjanya mekanisme pasar, melalui efektivitas operasi moneter dan ketersediaan likuiditas di pasar,” pungkas dia.
Reporter: Dwi Aditya Putra
Sumber: Merdeka.com
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Kurs Rupiah Menguat Jelang Pengumuman Suku Bunga Acuan BI
Pada pagi hari ini, nilai tukar rupiah menguat. Penguatan rupiah jelang pengumuman hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada siang nanti.
Kurs rupiah bergerak menguat 22 poin atau 0,16 persen ke posisi 14.342 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya 14.364 per dolar AS.
"Pasar akan menunggu hasil dari RDG yang akan diumumkan hari ini, terutama sinyal yang akan diberikan oleh BI terkait kebijakan moneter ke depan menyikapi kemungkinan kenaikan Fed Fund Rate yang lebih cepat dan pengaruhnya terhadap volatilitas nilai tukar rupiah dan pergerakan imbal hasil SBN," kata analis pasar uang Bank Mandiri Rully Arya dikutip dari Antara, Kamis (20/1/2022).
Dolar AS sendiri terlihat menurun di tengah momentum penurunan imbal hasil obligasi pemerintah AS setelah mencapai level tertinggi dalam dua tahun untuk obligasi bertenor 2 tahun dan obligasi bertenor 10 tahun.
Imbal hasil obligasi pemerintah AS 10 tahun sempat menyentuh level tertinggi baru di 1,902 persen pada Rabu (19/1), tetapi terakhir turun 4 basis poin pada 1,827 persen.
"Pergerakan imbal hasil US treasury juga masih menjadi faktor terbesar penggerak pasar pada hari ini kalau dari sisi globalnya," ujar Rully.
Advertisement