Sukses

Indonesia Kembali Ekspor Smelter Grade Alumina Rp 104 Miliar dari KEK Galang Batang

KEK Galang Batang mulai melakukan ekspor Smelter Grade Alumina (SGA) pada 2 Juli 2021 dengan jumlah ekspor pada tahun 2021 sebanyak 530 ribu ton senilai Rp 2,6 Triliun.

Liputan6.com, Jakarta Presiden Joko Widodo (Jokowi) melepas peluncuran ekspor perdana Smelter Grade Alumina (SGA) di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) pada tahun ini di Galang Batang, Bintan, Kepulauan Riau. Nilai dari ekspor alumina ini mencapai Rp 104 miliar dengan volume 21.001 ton.

Turut mendampingi Jokowi dalam peluncuran ini, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto dan sejumlah Menteri Kabinet lain.

KEK Galang Batang ditetapkan Presiden Jokowi melalui PP Nomor 42 Tahun 2017 pada tanggal 11 Oktober 2017 dan beroperasi pada 8 Desember 2018.

KEK Galang Batang mulai melakukan ekspor Smelter Grade Alumina (SGA) pada 2 Juli 2021 dengan jumlah ekspor pada tahun 2021 sebanyak 530 ribu ton senilai Rp2,6 Triliun.

”Industri utama dalam KEK Galang Batang adalah smelter untuk pengolahan bauksit yang dilakukan PT Bintan Alumina Indonesia (BAI) yang akan melepaskan ekspor perdana Smelter Grade Alumina (SGA) tahun 2022 dengan tujuan Tiongkok. Selanjutnya, telah juga dijadwalkan untuk ekspor dengan tujuan Tiongkok dan Malaysia,” ujar Airlangga Hartarto. 

KEK Galang Batang merupakan sentra choke point Selat Malaka, berdekatan dengan Batam Free Trade Zone dan Selat Philip. Lokasi KEK Galang Batang mempunyai akses langsung dengan Selat Malaka dan Laut China Selatan.

Lokasi strategis ini menjadi keuntungan dalam menciptakan peluang bisnis, sehingga ke depannya KEK Galang Batang diharapkan mampu memberikan dampak bagi perekonomian nasional melalui hilirisasi bauksit, industri ringan, dan logistik modern yang ramah lingkungan. Hal ini sejalan dengan program hilirisasi industri.

PT Bintan Alumina Indonesia (BAI) mengekspor produk Smelter Grade Alumina (SGA) yang merupakan pengolahan dari bauksit, dan di masa yang akan datang PT BAI akan mengembangkan hilirisasi sampai aluminium ingot.

Untuk tahun ini, PT BAI akan memproduksi Smelter Grade Alumina sebesar 1 juta ton. Selanjutnya, tahun ini akan diselesaikan pengembangan untuk mencapai produksi sebanyak 2 juta ton.

Sementara untuk produksi aluminium ingot direncanakan dapat berproduksi pada tahun 2025 dengan produksi sebanyak 400 ribu ton per tahun.

“Produksi smelter grade alumina dan aluminium ingot di masa yang akan datang, akan mempercepat hilirisasi bauksit ke aluminium ingot yang diperlukan industri dalam negeri untuk berbagai jenis produk, seperti pelat, billet, scrap, dan bentuk profil yang akan diperlukan dalam banyak proses industri seperti pesawat terbang, kapal, otomotif, dan konstruksi,” ujar Menko Airlangga.

Pemerintah mendorong hilirisasi industri agar dapat menciptakan nilai tambah yang jauh lebih besar dan berkontribusi positif pada perekonomian nasional.

Sebagai contoh, peningkatan nilai tambah dari bauksit sampai dengan aluminium ingot sebagai berikut: setiap 6 ton bauksit yang diolah akan menghasilkan 2 ton Smelter Grade Alumina dan setiap 2 ton SGA yang diolah akan menghasilkan 1 ton aluminium ingot.

Sehingga, setiap ton aluminium ingot membutuhkan 6 ton bauksit. Apalagi dihitung secara nilai, gambarannya adalah sebagai berikut: Harga per ton bauksit saat ini adalah USD 31,37 maka untuk setiap 6 ton bauksit seharga USD 188,22.

Hal ini sesuai dengan arahan Presiden Joko Widodo untuk mempercepat hilirisasi bahan tambang untuk menciptakan nilai tambah di dalam negeri.

 

2 dari 2 halaman

Manfaat Didapat Indonesia

Selain itu, Indonesia akan mendapatkan manfaat dari hilirisasi berupa pajak dari perusahaan, penerimaan negara dan memperluas lapangan kerja.

Untuk setiap 2 ton SGA yang dihasilkan akan bernilai USD 770, maka terjadi kenaikan nilai tambah dari 6 ton bauksit menjadi 2 ton SGA sebesar 4 kali.

Untuk setiap ton alumunium ingot yang dihasilkan dari 2 ton SGA bernilai USD 3.174, atau terjadi kenaikan sebesar 4 kali.

Sehingga, dapat disederhanakan pengolahan 6 ton bauksit menjadi 1 ton aluminium ingot akan memberikan kenaikan nilai tambah sebesar 16 kali.

KEK Galang Batang merupakan salah satu contoh atau role model dalam pengembangan kawasan dan industri yang dapat menyerap tenaga kerja dan meningkatkan ekspor.

Hingga akhir tahun 2021, jumlah investasi yang telah direalisasikan sebesar Rp15,7 triliun dari rencana total investasi sebesar Rp 36,25 triliun yang akan direalisasikan sepenuhnya pada tahun 2025.

Saat ini, jumlah tenaga kerja yang telah terserap sebanyak 3.480 orang dan diharapkan pada tahun 2025 jumlah tenaga kerja yang terserap sebanyak 13 ribu orang.

Pengembangan KEK Galang Batang sejalan dengan pengembangan terintegrasi Kawasan Batam Bintan Karimun yang telah disusun dalam bentuk Rencana Induk Kawasan Batam, Bintan, dan Karimun yang akan mensinergikan pengembangan kawasan utama agar wilayah ini semakin kompetitif, berdaya saing, dan semakin berkembang.