Liputan6.com, Jakarta - Harga emas kembali melemah pada perdagangan Rabu karena nilai tukar dolar AS dan surat utang AS melambung. Penurunan harga emas ini terjadi udah Ketua Bank Sentral AS atau the Federal Reserve (the Fed) Jerome Powell mengisyaratkan untuk mendukung ekonomi dengan menaikkan suku bunga.
Powell mengatakan pada konferensi pers setelah rilis pernyataan kebijakan terbaru the Fed, kenaikan suku bunga kemungkinan besar akan dilakukan pada pertemuan 15-16 Maret. Pernyataan ini memicu lonjakan imbal hasil obligasi dan nilai tukar dolar AS dan sekaligus meredupkan selera investor untuk mengoleksi emas yang tidak memberikan imbal hasil.
Mengutip CNBC, Kamis (27/1/2022), harga emas di pasar spot turun 1,6 persen ke level USD 1.818,66 per ounce pada pukul 20.32 GMT, setelah sebelumnya juga tenggelam 1,8 persen ke level terendah dalam seminggu di USD 1.815,06 per ounce.
Advertisement
Sedangkan harga emas berjangka AS turun 1,2 persen ke level USD 1.829,70 per ounce dan harga perak turun 1 persen menjadi USD 23,59 per ounce.
"Komentar hawkish dari Powell secara praktis menjamin kenaikan suku bunga Maret, menekankan kekuatan ekonomi dan mencatat bahwa neraca Fed terlalu besar dan perlu dikurangi," jelas broker independen New York Tai Wong.
"Hal ini memicu aksi jual obligasi dan dolar AS sehingga menekan emas ke posisi terendah baru-baru ini," tambah dia.
Baca Juga
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Prediksi Harga Emas Pekan Ini
Harga emas tembus di atas USD 1.830 per troy ons pekan lalu. Analis memprediksi minggu ini akan menjadi penentuan apakah harga emas akan melonjak tinggi lagi atau tidak. Hal itu tergantung dengan pengaruh kebijakan Bank Sentral Amerika Serikat (AS) atau The Fed.
Ahli strategi pasar senior RJO Futures Frank Cholly mengatakan kepada Kitco News, harga emas pada minggu ini menjadi pertanyaan, apakah akan naik dikisaran USD 1.900 atau malah turun atau tetap dikisaran USD 1.830 sama seperti minggu lalu.
"Kami memiliki dasar emas. Pertanyaannya adalah, apakah kita akan turun dan tetap menyamping atau naik menuju USD 1.900. Logam mulia membutuhkan penutupan lagi di atas USD 1.830. Sangat penting untuk mempertahankan level itu sebelum bergerak di atas USD 1.850,” kata Cholly, dikutip dari Kitco News, Minggu (23/1/2022).
Sementara itu, Analis pakar logam mulia Gainesville Coins Everett Millman, menyebut pasar emas telah bergerak sideways atau tetap selama beberapa bulan. Menurutnya, memasuki minggu lalu, sentimen di pasar emas sangat negatif.
“Banyak bank besar yang memproyeksikan harga emas akan turun. Ini akhirnya menguntungkan emas karena sentimen negatif membuat kami berbalik arah," kata Millman.
Selain itu, kenaikan harga minyak dan permintaan ritel yang kuat telah berkontribusi pada tingkat harga emas yang lebih tinggi.
Advertisement