Liputan6.com, Jakarta - Industri perfilman di Indonesia kembali diramaikan dengan dirilisnya film Ben & Jody di bioskop mulai 27 Januari 2022 ini.
Film yang dibintangi Chico Jerrico dan Rio Dewanto itu merupakan kelanjutan dari kisah persahabatan dua barista di film Filosofi Kopi rilisan 2015 silam, yakni Ben dan Jody.
Kali ini, film tersebut beralih genre menjadi action, dengan latar belakang cerita yang menarik.
Advertisement
Dilansir dari laman 21cineplex.com, Kamis (27/1/2022) film Ben & Jody menceritakan tentang Ben (Chicco Jerikho) sejak keluar dari Filosofi Kopi, yang kini aktif membela kelompok petani untuk melawan perusahaan. Namun ia dikabarkan menghilang dalam misinya tersebut.
Karena itu, Jody (Rio Dewanto) sebagai sahabat setianya melakukan pencarian untuk menemukan keberadaan Ben.
Perjalanan ini, menghadapkan mereka berdua dengan petualangan yang mempertaruhkan hidup dan mati melawan gerombolan pembalak liar pimpinan Tubir (Yayan Ruhian).
Menyoroti industri kedai kopi, atau produk kopi, Indonesia ternyata merupakan salah satu pasar yang memungkinkan keuntungan besar, terutama di Asia.Â
Hal itu dikarenakan Indonesia sebagai negara penghasil kopi terbesar kedua di kawasan tersebut - memungkinkan industri kedai kopi disini mendapatkan momentumnya.
Salah satu bisnis kopi terkenal di Indonesia yang bisa menjadi inspirasi adalah Kopikalyan.
Kopikalyan saat ini mengoperasikan tiga kedainya di Jakarta, dan mendirikan gerai pertama dan satu-satunya di luar negeri yaitu di Tokyo, Jepang pada Desember 2020.
Uniknya, produk kopi Kopikalyan terbuat dari biji arabika yang bersumber sepenuhnya dari perkebunan kopi Indonesia.
Selain produk kopi Barat seperti espresso dan cappuccino, Kopikalyan juga menjual campuran populer produk lokal seperti Es Kopi Susu.
Tak hanya itu, mereka juga meluncurkan proyek Kopi Atlas, yang menawarkan delapan jenis kopi single-origin pilihan dari berbagai daerah di Indonesia - dari Aceh hingga Papua.
“Indonesia (menjadi pasar) menarik karena sebagai negara kepulauan terbesar di dunia, kita dipisahkan oleh banyak lautan, sehingga rasa kopi dari satu daerah ke daerah lain bisa sangat berbeda," kata pemilik dan founder Kopikalyan, Iman Kusumaputra, dikutip dari laman Nikkei Asia.
"Indonesia memiliki jumlah varian single-origin terbesar - bahkan satu pulau bisa menjadi rumah bagi beberapa single-origins yang berbeda," ujarnya.
Â
Ketika Tren Kopi di Indonesia Semakin Kuat
Kopikalyan, yang membuka gerai kopi pertamanya pada 2016, berambisi dengan rencana ekspansinya. Kedai tersebut berencana membuka geraimancanegara lainnya di beberapa kota besar di Uni Emirat Arab dan Australia.
Tetapi pandemi COVID-19 dan pembatasan mobilitas memaksa mereka untuk sementara menunda rencana tersebut.
"Masyarakat Indonesia sekarang mulai menyadari bahwa kopi mereka adalah sesuatu yang harus mereka banggakan," kata Direktur Kopikalyan Tokyo, Kenny Tjahyadi, kepada Nikkei.
"Sebelumnya kopi arabika dan kopi bermutu tinggi tidak dikonsumsi di dalam negeri, dan sebagian besar bijinya diekspor, tetapi sejak kafe booming dimulai di Indonesia, biji bermutu tinggi didistribusikan, dan masyarakat mulai memahami potensi kopi Indonesia," tambahnya.Â
Kopikalyan memiliki alasan untuk percaya diri, setidaknya dengan pasar dalam negerinya, di mana apresiasi terhadap kopi lokal telah tumbuh secara nyata dalam beberapa tahun terakhir.
Kopi lokal di Indonesia telah menjadi tren baru, menggantikan biji yang diimpor oleh franchise ternama seperti Starbucks, yang memulai budaya kedai kopi di Indonesia pada tahun 2002 dan terus berkembang, jugatren kopi Vietnam di Jakarta beberapa tahun yang lalu.
"Pada tahun 2016 ketika kami memulai, hanya beberapa orang yang bertanya kepada kasir, 'Bagaimana rasa kopinya? Bagaimana cara menyeduhnya?' Kami sebut mereka pejuang kopi," kenang Iman.Â
"Tapi sekarang, masyarakat Indonesia umumnya lebih penasaran dari mana kopi yang mereka konsumsi berasal, siapa petaninya. ... Dan juga sekarang banyak homebrewer, jadi lebih mudah bagi kita untuk menjual biji kopi kita. . Secara keseluruhan kami pikir tren kopi di Indonesia semakin kuat," imbuh dia.
Meskipun menjadi pengekspor komoditas terbesar keempat di dunia, kopi di Indonesia - di mana teh adalah minuman tradisional pilihan - sempat mencapai popularitas dalam beberapa tahun terakhir, seiring dengan kebangkitan kelas menengah pra-pandemi dan pendapatan mereka, serta semakin populernya budaya kafe di wilayah perkotaan.
Tjahyadi juga menegaskan bahwa 90 persen orang di Indonesia, yang mayoritas Muslim, menjadikan kopi sebagai pilihan menarik untuk kegiatan sosial.
Advertisement