Liputan6.com, Jakarta Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede memperkirakan naiknya kasus covid-19 varian omicron dapat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi di kuartal pertama tahun 2022.
“Diperkirakan penyebaran kasus varian Omicron dapat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi di Q1 2022, meskipun tidak sedalam pada 3Q21 ketika varian Delta meningkat,” kata Josua kepada Liputan6.com, Rabu (2/2/2022).
Baca Juga
Menurutnya, saat ini memang kenaikan kasus COVID-19 akibat varian omicron meningkat, dan diikuti oleh peningkatan Bed Occupancy Ratio (BOR) rumah sakit.
Advertisement
Namun, jika dibandingkan dengan varian delta, banyak penelitian berhipotesis bahwa penyebaran dari virus ini cenderung lebih cepat, tapi dengan derajat keparahan yang lebih rendah.
Dengan kondisi tersebut, varian Omicron ini diperkirakan tidak akan mendorong perlambatan ekonomi, dengan asumsi bahwa varian Omicron tidak mendorong kenaikan BOR.
“Kunci dari pemulihan di tengah pandemi di antaranya adalah BOR yang rendah, sehingga pengetatan aktivitas ekonomi yang signifikan tidak diperlukan,” ujarnya.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Naikkan Level PPKM
Disisi lain, Josua menyarankan agar Pemerintah perlu melakukan peningkatan level PPKM secara gradual dengan harapan BOR tetap rendah, dan penyebaran virus dapat diperlambat.
Adapun kasus varian baru COVID-19 Omicron di Indonesia nyaris di angka 3.000. Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI mencatat total sudah ada 2.980 kasus Omicron yang terdeteksi di Tanah Air, hingga 31 Januari 2022.
Kemudian, untuk transmisi lokal atau kasus non-PPLN terlihat ada kenaikan. Sudah ada 1.039 kasus Omicron dari non-PPLN. Sementara itu yang menjalani proses epidemiologi ada 340 kasus.
Advertisement