Sukses

Simak Ciri-Ciri Penipuan Investasi Berkedok Flexing, Jangan Sampai Terjerat!

Beberapa orang di media sosial menawarkan investasi dengan memamerkan kekayaan yang didapat dari investasi tersebut. Fenomena ini disebut dengan flexing.

Liputan6.com, Jakarta - Guru Besar Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (UI) Rhenald Kasali mengingatkan kepada masyarakat untuk tidak tertipu dengan investasi berkedok flexing. Ia mengingatkan bahwa investasi adalah jangka panjang. Jika ada yang menawarkan keuntungan investasi jangka pandek yang tinggi patut dicurigai. 

Pendiri Rumah Perubahan ini menjelaskan, flexing bisa diartikan dengan mereka yang doyan pamer harta sebenarnya bukan orang kaya yang sesungguhnya. Flexing biasanya digunakan untuk alat marketing menggaet investor yang berujung penipuan.

Kalau mereka yang menawarkan investasi memiliki kecenderungan penipuan, tentu mereka juga menggunakan pendekatan-pendekatan tertentu. Tidak semua orang melakukan flexing itu adalah tetapi ada kecenderungan demikian.

“Jadi dalam jangka pendek warna percaya sekali karena mereka berpikir kalau dia bisa saya pun juga bisa. inilah yang jadi masalah,” tegasnya dikutip Rabu (2/2/2022).

Berikut ciri-ciri mengenali flexing, khususnya orang-orang yang tidak bisa dipercaya:

Pertama, omongannya selalu terkait harta dan uang. Mereka selalu menyatakan sangat mudah untuk mendapatkan uang dalam waktu cepat.

“Be careful, tidak ada yang mudah tidak ada yang murah, tidak proses yang begitu cepat. Dan kalau orang bicaranya uang uang, uang, uang di kepalanya dia hanya uang,” ujarnya.

Kedua, pelaku akan menggunakan cara-cara yang bisa membuat Anda percaya agar mau bergabung investasi. Misalnya, menggunakan agama.

Ketiga, mereka biasanya tidak mempunyai empati. Kalau mereka dalam situasi seperti pandemi ini banyak orang yang susah. Tetapi mereka malah pamer harta kekayaan, bahwa gampang dan bisa cepat dapatkan uang.

“Di tengah-tengah seperti kelihatan siapa yang punya empati dan tidak,”imbuhnya.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

2 dari 2 halaman

Ciri Ciri Lain

Keempat, mereka bermuka dua. Misalnya, saat melakukan pemasaran, pelaku akan mengatakan hal-hal yang indah-indah saja, seperti produk yang ditawarkan sangat mudah dipelajari, cepat mendapatkan uang dan sebagainya.

“Mereka manis sekali dan mengatakan kalau saya bisa juga bisa, pasti bisa jadi kayak seperti saya seperti itu yang dijanjikan. Tapi kemudian orang lain rugi mereka tidak berempati tapi mengata-ngatai, mereka ini adalah karakter orang-orang yang kurang bisa dipercaya,” jelasnya.

Kelima, mereka sangat menawan, penampilan mereka bagus dan menggunakan barang-barang branded untuk menunjukkan bahwa mereka berhasil berkat produk investasi yang dia tawarkan.

“Sehingga fokus orang adalah bukan kepada produk yang ditawarkan pada pakaiannya, pada benda-benda yang dia pakai branded dan menjadikan diri mereka,” katanya.

Keenam, mereka menunjukkan narsistik. Yaitu mereka kagum dengan dirinya sendiri dan kagum dengan kekayaannya. Mereka senang disebut-sebut sebagai orang yang paling kaya dan lain sebagainya.

“Jadi ini adalah dalam flexing yang kita ketahui Jangan mudah tergiur jangan terlalu percaya. memang flexing ini adalah sebuah signal kepada pasar alat marketing, tetapi kita sebagai pembeli harus waspada. Terutama anda yang ingin serba cepat tetapi ketika menyangkut risiko saya kasih tahu kepada anda produk itu ada macam-macam resiko nya tidak sama satu sama lain,” pungkas Rhenald.