Liputan6.com, Jakarta - Harga emas naik pada perdagangan Rabu karena dolar AS dan imbal hasil surat utang AS turun. Kenaikan harga emas dan pelemahan dolar AS ini terjadi setelah keluarnya laporan tenaga kerja AS yang suram.
Data tersebut mendorong pelaku pasar untuk memborong aset safe haven di tengah ketegangan yang memanas antara Rusia dan Barat atas Ukraina.
Mengutip CNBC, Kamis (3/2/2022), harga emas di pasar spot naik 0,4 persen menjadi USD 1.808,48 per ounce. Sedangkan harga emas berjangka AS menetap naik 0,5 persen menjadi USD 1.810,30 per ounce.
Advertisement
Analis senior OANDA Edward Moya mengatakan, harga emas berada di atas USD 1.800 per ounce karena dipengaruhi berbagai hal. Pertama tentu saja imbal hasil surat utang AS yang terus menurun dan dolar AS yang juga terus melemah usai keluarnya data payroll swasta.
Laporan ketenagakerjaan menunjukkan gaji untuk pegawai swasta di AS secara tak terduga turun pada periode Januari. Hal ini menekan nilai tukar dolar AS dan imbal hasil surat utang AS.
"Jika emas dapat terus stabil di atas USD 1.800, Anda mungkin akan mulai melihat beberapa investor kembali," jelas Moya.
Baca Juga
Â
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Pernyataan Joe Biden
Memperkuat daya tarik emas, Presiden AS Joe Biden menyetujui pengiriman pasukan tambahan ke Eropa Timur atas ancaman Rusia untuk menyerang Ukraina.
Meskipun emas dianggap sebagai lindung nilai terhadap inflasi dan risiko geopolitik yang lebih tinggi, kenaikan suku bunga tetap menjadi potensi karena hal itu berarti biaya yang lebih tinggi untuk menahan emas batangan yang tidak memberikan imbal hasil.
Investor menunggu pertemuan Bank Sentral Eropa dan Bank of England pada hari Kamis untuk isyarat tentang laju pengetatan kebijakan moneter dalam menghadapi inflasi yang melonjak.
"Penutupan jangka pendek yang berkelanjutan dan pembelian dengan harga murah membantu harga emas dan perak," kata analis senior Kitco Metals Jim Wyckoff.
"Indeks dolar AS yang merosot dan harga minyak mentah mencapai tertinggi tujuh tahun minggu ini adalah bullish untuk pasar logam," tambah Wyckoff.
Advertisement