Liputan6.com, Jakarta - Inflasi tahunan Turki melonjak ke level tertinggi dalam 20 tahun - mencapai 48,7 persen pada Januari 2022.
Lonjakan itu dipicu oleh dorongan Presiden Recep Tayyip Erdogan untuk penurunan suku bunga dan mengakibatkan jatuhnya mata uang Lira pada akhir 2021.
Baca Juga
Dikutip dari CNN Business, Jumat (4/2/2022)Â Institut Statistik Turki (TUIK) mengatakan bahwa harga konsumen di Turki melonjak 11,1 persen dari bulan sebelumnya.
Advertisement
Lonjakan itu memberikan dampak yang cukup besar bagi pendapatan warga Turki.Â
2021 lalu, nilai uang Lira merosot 44 persen karena bank sentral memangkas suku bunga sebesar 500 basis poin sejak September 2021 menjadi 14 persen, di bawah dorongan Erdogan untuk memprioritaskan kredit dan ekspor meskipun harga naik dua digit.
Dalam tanggapannya terhadap penurunan nilai uang Lira, pemerintah Turki menaikkan serangkaian harga termasuk gas, listrik, akses jalan tol dan tarif bus, yang menambah tekanan inflasi.
Sedangkan upah minimum bulanan di Turki, dinaikkan 50 persen.
"Kami memiliki tingkat kebijakan 14 persen dan inflasi 48 persen... dan pemerintah yang menutupi kesenjangan FX. Ini situasi yang buruk untuk jangka panjang," kata Ipek Ozkardeskaya, analis senior di Swissquote.
Perkiraan Analis dan Jajak Pendapat
Harga terkait transportasi di Turki melonjak 68,9 persen year on year di bulan Januari, sementara harga makanan dan minuman melonjak 55,6 persen, mendorong inflasi secara keseluruhan ke level tertinggi dalam hampir dua dekade kepemimpinan Erdogan.
Beberapa analis memperkirakan inflasi year-on-year Turki bakal melampaui 50 persen pada kuartal ini dan tetap di atas 40 persen tahun ini sebelum mereda menjelang akhir 2022.
Jajak pendapat juga menunjukkan masyarakat Turki percaya inflasi bakal lebih tinggi dari yang ditunjukkan data resmi.
Sementara itu, dalam wawancara dengan Nikkei Jepang, Menteri Keuangan Turki Nureddin Nebati memperkirakan inflasi akan tetap di bawah 50 persen dan mencapai puncaknya pada bulan April.
Advertisement