Liputan6.com, Jakarta Harga minyak melonjak ke level tertinggi dalam 7 tahun pada perdagangan Jumat. Harga minyak memperpanjang reli mereka ke minggu ke-7 di tengah kekhawatiran yang sedang berlangsung gangguan pasokan yang dipicu oleh cuaca dingin AS dan gejolak politik yang sedang berlangsung di antara produsen utama dunia.
Dikutip dari Reuters, Sabtu (5/2/2022), harga minyak mentah Brent naik USD 2,16 atau 2,4 persen ke level USD 93,27 per barel setelah sebelumnya menyentuh level tertinggi sejak Oktober 2014 di USD 93,70.
Baca Juga
Sedangkan harga minyak mentah West Texas Intermediate AS berakhir naik USD 2,04 atau 2,3 persen ke level USD 92,31 per barel setelah diperdagangkan setinggi USD 93,17, tertinggi sejak September 2014.
Advertisement
Harga minyak Brent mengakhiri minggu ini dengan naik 3,6 persen. Sementara WTI membukukan kenaikan 6,3 persen dalam reli terpanjang sejak Oktober.
Lonjakan pasar minyak dipercepat dalam dua hari terakhir karena pembeli menumpuk ke dalam kontrak minyak mentah karena ekspektasi bahwa pemasok dunia akan terus berjuang untuk memenuhi permintaan.
Angka pekerjaan AS secara mengejutkan menguat pada Januari, meskipun ada varian Omicron dari virus corona.
Harga minyak mentah, yang telah reli sekitar 20 persen sepanjang tahun ini. Harga minyak kemungkinan akan melampaui level USD 100 per barel karena permintaan global yang kuat, kata ahli strategi pasar minggu ini.
 Â
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Lonjakan Harga Minyak
Citi Research memperkirakan pasar minyak akan berubah menjadi surplus segera setelah kuartal berikutnya dan mengerem reli harga minyak.
"Lonjakan harga minyak mentah menuju USD 100 tidak boleh dikesampingkan dalam jangka pendek, tetapi risiko penurunan berlimpah, termasuk meredanya Omicron yang berdampak pada permintaan, kekhawatiran pertumbuhan ekonomi dan koreksi pasar keuangan karena bank sentral memerangi inflasi," kata Bjørnar Tonhaugen, Kepala Rystad Energy
Badai musim dingin yang membawa kondisi es di Amerika Serikat, khususnya di Texas, juga memicu kekhawatiran pasokan karena dingin yang ekstrem dapat menyebabkan produksi ditutup sementara, mirip dengan apa yang terjadi di negara bagian itu setahun lalu.
Â
Advertisement