Sukses

Harga Minyak Jatuh Usai Cetak Rekor Tertinggi Sejak Oktober 2014

Harga Minyak mentah Brent turun 58 sen atau 0,62 persen dan menutup perdagangan di level USD 92,69 per barel.

Liputan6.com, Jakarta Harga minyak turun pada perdagangan Senin karena tanda-tanda kemajuan dalam pembicaraan nuklir AS-Iran yang dapat mengarah pada penghapusan sanksi AS terhadap penjualan minyak Ira. Hal ini juga mengimbangi kekhawatiran tentang ketatnya pasokan minyak dunia.

Dikutip dari CNBC, Selasa (8/2/2022), harga Minyak mentah Brent turun 58 sen atau 0,62 persen dan menutup perdagangan di level USD 92,69 per barel, setelah sebelumnya menyentuh UUSD 94,00, level tertinggi sejak Oktober 2014.

Minyak mentah West Texas Intermediate AS turun 99 sen atau 1,07 persen menjadi USD 91,32 per barel.

Pemerintahan Presiden AS Joe Biden pada hari Jumat memulihkan keringanan sanksi ke Iran untuk memungkinkan proyek kerja sama nuklir internasional, ketika pembicaraan tentang kesepakatan nuklir internasional 2015 memasuki tahap akhir.

Meskipun keringanan sanksi akan berdampak terbatas pada ekonomi Iran yang sedang berjuang, hal itu dianggap oleh pasar sebagai sinyal positif bahwa kedua belah pihak bertekad untuk mencapai kesepakatan.

Jika Amerika Serikat mencabut sanksi terhadap Iran, negara itu dapat meningkatkan pengiriman minyak, menambah pasokan global.

"Investor mengharapkan lebih banyak tikungan dan belokan dalam pembicaraan AS-Iran dan tidak ada kesepakatan yang akan dicapai dalam waktu dekat," kata Kepala Analis Fujitomi Securities Co Ltd, Kazuhiko Saito.

Sedangkan Analis Commerzbank Carsten Fritsch mengatakan, jika sanksi minyak juga dilonggarkan, maka akan membantu meringankan pasar minyak.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

2 dari 2 halaman

Diprediksi Tembus USD 100 per Barel

Para analis menilai, harga minyak mentah, yang telah naik sekitar 20 persen tahun ini, kemungkinan akan melampaui USD 100 per barel karena permintaan global yang kuat.

Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutu yang dipimpin oleh Rusia, bersama-sama dikenal sebagai OPEC+, berjuang untuk memenuhi target meskipun ada tekanan dari konsumen utama untuk meningkatkan produksi lebih cepat.

Memicu kekhawatiran pasokan, ketegangan tetap tinggi di Eropa Timur, dengan penasihat keamanan nasional Gedung Putih Jake Sullivan mengatakan pada hari Minggu bahwa Rusia dapat menyerang Ukraina dalam beberapa hari atau minggu tetapi mungkin masih memilih jalur diplomatik.