Liputan6.com, Jakarta Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia mengungkapkan minat dunia yang ingin berinvestasi yang berkelanjutan. Salah satunya investasi tentang upaya menekan emisi karbon.
Bahlil mengisahkan negara Eropa yang hanya ingin menyalurkan investasinya yang ke negara yang peduli akan keberlanjutan lingkungan. Salah satunya, ia mengungkap Eropa meminta untuk mengurangi penebangan pohon di sektor kehutanan.
Baca Juga
“Gak boleh motong-motong kayu, oke, kita gak boleh potong kayu gak apa-apa, investasi kehutanan pasti akan sedikit terkoreksi, tapi negara-negara yang membutuhkan (bauran emisi) karbon tersebut juga harus mau invest di Indonesia, jadi ruang-ruang ini yang harus kita mainkan, agar semuanya ingin mendapat manfaat tapi juga harus berkorban,” katanya dalam Inaugurasi Trade, Investment, and Industri Working Group G20, Selasa (8/2/2022).
Advertisement
“Jangan enak di elu gak enak di gua, gak boleh,” imbuhnya tegas Bahlil Lahadalia.
Hal ini ia tekankan berkaitan dengan upaya internasional dalam menekan tingkat emisi karbon. Indonesia sendiri memiliki ini Net Zero Emission (NZE) pada 2060 atau lebih cepat. Misalnya dengan target menekan 29 persen bauran emisi karbon pada 2030 dengan upaya sendiri atau 41 persen dengan bantuan internasional.
Pada sektor ini, ia juga menekankan ada porsi bagi pengusaha dalam negeri. Jadi salah satu upaya yang dilakukan oleh Bahlil adalah dengan mengkolaborasikan antara perusahaan luar negeri dan dalam negeri dalam berinvestasi.
“Pengusaha nasional posisinya dimana? Yakinlah bahwa sejak saya jadi kepala BKPM dan menteri investasi, tak ada satu investasi masuk indonesia tanpa kolaborasi, wajib kolaborasi minimal dengan BUMN. Kalau enggak dengan pengusaha nasional yang ada di daerah atau yang memenuhi syarat,” tuturnya.
Ia pun menampik kabar kalau forum G20 dicitrakan akan mengesampingkan pengusaha nasional dalam mengambil keuntungan. Ia memastikan ada kolaborasi yang positif antar pengusaha luar dan dalam negeri.
“Jadi jangan ada satu persepsi bahwa dengan forum G20 kemudian seolah-olah swasta nasional akan diabaikan. Justru ini peluang tepat untuk kita memaksa para pengusaha di luar kolaborasi ayng positif, bukan yang negatif,” tuturnya.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Peran Penting
Ia memandang peran pengusaha swasta penting dalam membangun pertumbuhan ekonomi nasional. Ia mengacu tingkat GDP Indonesia yang tercatat RP 15 ribu triliun, dengan kontribusi dari APBN tak lebih dari 15 persen.
Kemudian, dari sisi konsumsi tercatat sebesar 57 persen, dimana 31-32 persen lainnya merupakan investasi. Ia mengacu data ini dari Badan Pengelola Statistik per Kuartal IV 2021. Dengan porsi demikian Bahlil menilai pengusaha swasta sangat penting dalam mendorong pertumbuhan.
“Karena kalau konsumsi 57 persen, kalau bicara daya beli masyarakat dan daya beli masyarakat itu kalau ada kepastian pendapatan dan kepastian pendapatan kalau ada lapangan pekerjaan dan lapangan pekerjaan itu gak mungkin disiapkan semuanya oleh pemerintah, pemerintah itu siapkan pekerjaan lewat ASN, hingga TNI/Polri satu tahun itu cuma satu juta (orang), itu pentingnya investasi,” tutur Bahlil.
Advertisement