Liputan6.com, Jakarta - Dolar Amerika Serikat (AS) terhadap mata uang lainnya naik pada Senin (14/2/2022). Namun, kerugian minimal karena mata uang safe-haven menahan kenaikan dan mata uang yang lebih berisiko berjuang mempertahankannya.
Direktur PT TRFX Garuda Berjangka, Ibrahim Assuaibi menuturkan, investor juga tetap mengkhawatirkan potensi konflik di Eropa Timur dan inflasi yang melonjak. Hal itu menjadi sentimen eksternal bayangi mata uang pada awal pekan ini.
Selain itu, Rusia dapat segera membuat dalih untuk menyerang tetangganya, AS memperingatkan pada Minggu.
Advertisement
Namun, Rusia telah membantah tuduhan tersebut dan menuduh Barat "histeria", bahkan ketika terus membangun pasukan di dekat perbatasannya dengan Ukraina. Kanselir Jerman Olaf Scholz akan menuju ke Ukraina di kemudian hari, diikuti dengan perjalanan ke Moskow lusa, dan memperingatkan sanksi jika serangan terjadi.
"Ketegangan adalah kejutan terbaru bagi pasar yang sudah terhuyung-huyung dari data inflasi AS minggu sebelumnya yang tinggi. Meskipun kekhawatiran tentang kenaikan suku bunga darurat agak mereda, beberapa investor memperkirakan dolar akan tetap didukung," ujar Ibrahim dikutip dari keterangan tertulis, Senin pekan ini.
Di sisi lain, Presiden Bank Sentral Eropa Christine Lagarde akan berpidato di depan Parlemen Eropa, sementara Presiden Federal Reserve Bank of St. Louis James Bullard juga akan berbicara kepada media.
"Di seberang Atlantik, The Fed akan merilis risalah dari pertemuan terakhirnya pada Rabu. Pembicaraan minggu sebelumnya tentang kenaikan suku bunga antar-pertemuan mereda setelah The Fed merilis jadwal pembelian obligasi yang tidak berubah untuk bulan mendatang. Bank sentral akan menaikkan suku bunga hanya setelah pembeliannya berhenti," kata Ibrahim.
Sementara itu, data yang dirilis pada Jumat, 11 Februari 2022 menunjukkan indeks ekspektasi konsumen Michigan berada di 57,4 pada Februari.
Indeks sentimen konsumen Michigan berada di 61,7, level terendah dalam lebih dari satu dekade, karena ekspektasi inflasi akan terus meningkat dalam waktu dekat terus meningkat.
"Namun, ekspektasi ini kemungkinan tidak akan menggagalkan pengeluaran mengingat kelebihan tabungan dan pemulihan pasar tenaga kerja yang kuat,” kata dia.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Wabah virus corona COVID-19 tidak hanya berpengaruh terhadap kesehatan masyarakat, namun berdampak pula pada pertumbuhan ekonomi negara. Hal ini berdampak bagi bursa saham dan nilai tukar rupiah.
Sentimen Internal
Sedangkan dari sentimen internal, menurut Ibrahim, pelaku pasar merespons positif setelah lembaga pemeringkat Moody’s memperkirakan aktivitas ekonomi Indonesia akan kembali ke rata-rata pada 2023 dengan pertumbuhan bertahan pada tingkat tersebut setelahnya.
"Hal itu tampak dari keputusannya yang memilih untuk kembali mempertahankan Sovereign Credit Rating Republik Indonesia pada peringkat Baa2, satu tingkat di atas investment grade, dengan outlook stabil pada 10 Februari 2022," kata dia.
Moody's memandang keputusan ini sejalan dengan hasil asesmen ketahanan ekonomi Indonesia serta efektivitas kebijakan moneter dan makroekonomi tetap terjaga.
Kebijakan reformasi struktural yang ditempuh oleh Pemerintah juga diyakini akan mendukung peningkatan investasi dan menopang perbaikan daya saing ekspor.
Di sisi lain, reformasi perpajakan melalui penerbitan Undang-Undang Harmonisasi Peraturan Perpajakan (UU HPP) dan rencana normalisasi kebijakan fiskal diperkirakan dapat mendukung terjaganya beban utang Pemerintah.
Menanggapi halt tersebut, Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo, menyatakan, afirmasi rating Indonesia pada peringkat Baa2 dengan outlook stabil merupakan bentuk pengakuan positif dari Moody's sebagai salah satu lembaga pemeringkat utama dunia.
Di sisi lain, stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan Indonesia tetap terjaga, sementara prospek ekonomi jangka menengah tetap kuat di tengah ketidakpastian ekonomi global yang meningkat. Hal ini didukung oleh kredibilitas kebijakan yang tinggi dan bauran kebijakan antara BI, Pemerintah, dan otoritas lainnya yang efektif.
Untuk dua tahun ke depan, Moody's memproyeksikan rata-rata pertumbuhan ekonomi Indonesia akan kembali kepada level sebelum pandemi yaitu mencapai 5 persen. Rata-rata tersebut lebih tinggi dibandingkan negara-negara lain yang berada pada peringkat Baa, yaitu 3,7 persen.
Perkiraan peningkatan pertumbuhan ekonomi tersebut juga didukung oleh berbagai reformasi struktural yang telah ditempuh Pemerintah, seperti UU Cipta Kerja dan UU HPP, yang diarahkan untuk perbaikan iklim investasi dan peningkatan penerimaan Pemerintah.
Gerak Rupiah
Dalam perdagangan sore ini, Rupiah ditutup menguat 21 poin walaupun sebelumnya sempat menguat 25 poin di level Rp. 14.326 dari penutupan sebelumnya di level Rp. 14.347.
"Sedangkan untuk perdagangan besok, mata uang rupiah kemungkinan dibuka berfluktuasi namun ditutup menguat direntang Rp.14.300-Rp.14.360,” kata Ibrahim.
Advertisement