Sukses

Harga Minyak Makin Mahal, Bisa Tembus USD 100 per Barel

Harga minyak mentah Brent naik 1,6 persen menjadi USD 94,81 per barel.

Liputan6.com, Jakarta Harga minyak menutup kerugian pada perdagangan Rabu. Hal ini karena investor mempertimbangkan pernyataan yang bertentangan tentang kemungkinan penarikan beberapa pasukan Rusia dari sekitar Ukraina di tengah ketatnya pasokan minyak global dan pulihnya permintaan bahan bakar minyak (BBM).

Dikutip dari CNBC, Kamis (18/2/2022), harga minyak mentah Brent naik 1,6 persen menjadi USD 94,81 per barel, setelah turun 3,3 persen semalam setelah Rusia mengumumkan penarikan sebagian pasukannya di dekat Ukraina.

Sedangkan harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS melonjak 1,7 persen ke level USD 93,66 per barel, setelah kontrak mengakhiri sesi Selasa dengan penurunan 3,6 persen.

Kedua patokan harga minyak dunia tersebut mencapai level tertinggi sejak September 2014 pada perdagangan Senin, di mana Brent menyentuh level USD 96,78 dan WTI mencapai USD 95,82.

Harga minyak mentah Brent melonjak 50 persen pada 2021, sementara WTI melonjak sekitar 60 persen karena pemulihan permintaan global dari pandemi COVID-19 yang menekan pasokan.

Moskow mengumumkan penarikan sebagian pasukan dari perbatasan Ukraina, tetapi Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg mengatakan pada hari Rabu bahwa aliansi tersebut tidak melihat adanya de-eskalasi dan bahwa Rusia melanjutkan pembangunan militernya.

“Risiko invasi skala penuh telah sedikit berkurang. Tetapi kami tidak mungkin keluar dari status quo saat ini,” kata Bjarne Schieldrop, Kepala Analis Komoditas di SEB di Oslo.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

2 dari 2 halaman

Harga Minyak Menuju USD 100 per Barel

Di luar ketegangan Ukraina, pasar minyak tetap ketat dan harga masih bisa bergerak menuju USD 100 per barel.

“Pasar tetap sangat ketat dan harga berada di lintasan naik sebelum eskalasi. Melemahnya ketegangan mungkin hanya menunda kenaikan ke USD100,” kata Craig Erlam, Analis Pasar Senior di OANDA.

Investor sedang menunggu data persediaan minyak mingguan AS dari Administrasi Informasi Energi pada 10:30 (1530 GMT).

Jajak pendapat Reuters menunjukkan, persediaan minyak mentah dan sulingan AS bisa turun 1,5 juta menjadi 1,6 juta barel pekan lalu.

Data dari American Petroleum Institute menunjukkan penurunan stok minyak mentah, bensin dan sulingan minggu lalu, menurut sumber pasar pada hari Selasa.