Liputan6.com, Jakarta Direktur Energi Primer PT PLN Hartanto Wibowo, mengatakan tren penjualan tenaga listrik diproyeksikan akan terus berlanjut di tahun 2022. Meski pada tahun 2020 pandemi covid-19 penjualan listrik anjlok di angka minus 0,79 persen.
“Jadi kalau kita melihat kembali sedikit flashback, Bagaimana covid-19 itu menyebabkan demand Listrik kita turun di tahun 2020 jadi demand listrik di tahun 2020 drop 0,79 persen atau pertumbuhan kita minus dan ini adalah pertumbuhan minus dalam beberapa dekade terakhir di nasional,” kata Hartanto dalam Indonesia Energy Outlook 2022, Kamis (17/2/2022).
Baca Juga
Kendati begitu, kondisi semakin membaik di tahun 2021, penjualan listrik tumbuh positif diangka 5,78 persen. Hal ini menandakan konsumsi listrik telah pulih melampaui konsumsi listrik tahun 2019 sebelum terjadi covid-19.
Advertisement
“Alhamdulillah kondisi itu semakin membaik di tahun 2021 sehingga pertumbuhan kembali positif di tahun 2021 sebesar 5,78 persen, total penjualan dan 255,1 TWh, dari tahun 2020 itu 241,1 TWh,” ujarnya.
Lanjut, untuk rinciannya jika dilihat perkembangan penjualan listrik bulan per bulan di tahun 2021 hampir seluruhnya penjualan tenaga listriknya lebih tinggi dibanding bulan yang sama di tahun 2020 dan 2019.
“Kecuali pada bulan Maret yang waktu itu memang kita melihat covid-19 itu sangat begitu cepat menjalar di bulan itu. Dan di bulan Oktober 2021 penjualan PLN itu 22,6 TWh itu adalah penjualan tertinggi di dalam 5 tahun terakhir,” ujarnya.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Tren Berlanjut
PLN pun optimis tren tersebut berlanjut di Januari 2022. Hal itu tercermin dari penjualan tenaga listrik pada Januari 2022 mencapai 22,2 TWh yang juga merupakan penjualan tertinggi di bulan Januari selama 5 tahun terakhir.
“Jadi, Bapak dan Ibu yang berada di asosiasi Ini memberikan sinyal positif. Bagaimana bisnis kita sudah akan Kembali tumbuh, dan harapannya ini akan terus berkelanjutan,” ujarnya.
Menurutnya, Covid-19 itu merupakan sebuah tantangan Global. Ketika kasus covid-19 naik mempengaruhi demand dan supply secara global, dan secara khusus di sektor energi tekanan terhadap demand itu luar biasa termasuk juga bagaimana tekanan di sektor ketenagalistrikan.
“Tentu perubahan covid-19 itu memerlukan adaptasi yang cepat dari perusahaan, karena landscape fisiknya berubah sehingga perusahaan perlu memahami situasi covid-19, serta mengambil langkah-langkah untuk keberlangsungan usaha,” pungkasnya.
Advertisement