Sukses

Penerbitan Obligasi Hijau Cetak Sejarah, Capai USD 482 Miliar di 2021

Sejumlah negara di dunia tengah bertransformasi menuju ekonomi hijau.

Liputan6.com, Jakarta Sejumlah negara di dunia tengah bertransformasi menuju ekonomi hijau. Tidak hanya dalam hal energi, melainkan sistem kuangan hijau juga terus berkembang.

Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menyatakan, perubahan iklim telah berkontribusi besar pada percepatan keuangan hijau dan berkelanjutan secara global. Hal ini tercermin dari peningkatan penerbitan obligasi hijau.

"Sejak penerbitan pertama obligasi hijau pada tahun 2007, dunia telah melihatpeningkatan signifikan dalam penerbitan obligasi keuangan berkelanjutan," tuturnya dalam Seminar G20:Scaling Up The Utilization Of Sustainable Financial Instruments, Jakarta, Jumat (18/2/2022).

Perry mencatat, penerbitan obligasi globalsendiri mencapai USD859 miliar pada tahun 2021 atau tertinggi yang pernah ada. Di mana obligasi hijau mencatatkan penerbitan tertinggi sebesar USD482 miliar.

"Diikuti oleh obligasi sosial, dan obligasi berkelanjutan," jelasnya.

Perry menerangkan, ketersediaanstandar, prinsip, peraturan, dan taksonomi hijau yang dikembangkan banyak negara mendukung fenomena ini.

Meski begitu, pertumbuhan yang menggembirakan secara berkelanjutanpembiayaan masih kecil dibandingkan dengan total investasi yang dibutuhkan untuk mencapai global target kolektif Perjanjian Paris dan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan PBB.

Oleh karenanya, Indonesia memasukkan agenda terkait percepatan ekonomi hijau (green economy) termasuk finance untuk dibahas para menteri keuangan dan kepala bank sentral dari berbagai negara (Finance Ministers and Central Bank Governor) dalam finance track atau jalur keuangan di pertemuan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 tahun 2022. Tujuannya untuk mendukung pembangunan ekonomi berkelanjutan yang lebih ramah lingkungan.

Reporter: Sulaeman

Sumber: Merdeka.com

2 dari 3 halaman

Bappenas: Ekonomi Hijau Hasilkan Lapangan Kerja 10 Kali Lebih Banyak

Direktur Ketenagakerjaan Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Bappenas Mahatmi Parwitasari Saronto mengatakan, pengarusutamaan lapangan kerja hijau menjadi peluang sekaligus tantangan strategis bagi Indonesia.

Menurut dia, kebijakan ekonomi hijau atau ramah lingkungan (green economy) termasuk investasi hijau mampu menciptakan lapangan kerja baru yang lebih berkelanjutan.

"Investasi pada ekonomi hijau diperkirakan mampu menciptakan 7-10 kali lipat lebih banyak lapangan kerja dibandingkan investasi konvensional," ujar Mahatmi dalam konferensi Indonesia's Green Jobs secara virtual, Selasa (8/2/2022).

Faktor utamanya, dia menambahkan, karena pekerjaan-pekerjaan di sektor investasi hijau dinilai lebih padat karya.

"Lapangan pekerjaan tambahan ini akibat intervensi pada sektor energi terbarukan, teknologi kendaraan listrik, efisiensi energi, pemanfaatan lahan, dan peningkatan pengelolaan limbah," bebernya.

3 dari 3 halaman

Tantangan

Meskipun menjanjikan potensi yang sangat besar, Mahatmi mencermati, pengarusutamaan lapangan kerja hijau masih menghadapi berbagai tantangan.

"Pemahaman tentang lapangan kerja hijau masih sangat terbatas, belum ada definisi yang disepakati untuk digunakan secara konsisten, terutama dalam pengambilan kebijakan," ujar dia.

"Selain itu, kurangnya sumber daya manusia dengan keterampilan yang sesuai, termasuk ketersediaan pendidikan dan pelatihan keterampilan hijau masih sangat terbatas, baik dari segi kuantitas maupun kualitasnya," tuturnya.Â