Liputan6.com, Jakarta Kenaikan harga kedelai impor memicu Pusat Koperasi Tempe Tahu Indonesia (Puskopti) DKI Jakarta mogok produksi dan berjualan sejak Senin (21/2/2022) lalu hingga Rabu (23/2/2022) hari ini.
Ketua Puskopti DKI Jakarta Sutaryo mengatakan, setelah aksi mogok tersebut, produksi tempe dan tahu akan segera kembali berjalan.
Dengan catatan, harga kedua komoditas pangan rakyat tersebut bakal lebih mahal.
Advertisement
Namun, Sutaryo meminta konsumen mengerti, kenaikan harga ini terjadi karena adanya fluktuasi kedelai impor di pasar global, khususnya dari Amerika Serikat selaku produsen utama.
"Jangka pendek, komunikasi terhadap konsumen tempe tahu dengan adanya mogok. Supaya tukang tempe tahu enggak dianggap menaikan harga seenaknya," ujar dia kepada Liputan6.com, Rabu (23/2/2022).
"Padahal di sini kan karena kenaikan harga kedelai, fluktuasi tiap hari. Maka jangka pendeknya menaikan harga ke konsumen supaya enggak teriak-teriak," terangnya.
Produksi Kembali Normal
Sutaryo memastikan, produksi tempe dan tahu per nantinya akan kembali normal sesuai ukuran yang biasa diperjualbelikan. Tapi, harga jualnya akan mengalami kenaikan 20 persen.
"Produksinya akan kembali normal dengan kenaikan 20 persen. Kalau tempe (ukuran besar) dari harga Rp 5.000 berubah jadi Rp 6.000 per potong. Tahu potongan dari Rp 650 jadi Rp 700," jelasnya.
"Kira-kira 1 kg sekarang kan berubah jadi Rp 12.000, dari Rp 11.000 sebelumnya," dia menambahkan.
Selanjutnya, Puskopti juga akan terus menuntut pemerintah untuk Menindaki gejolak harga kedelai impor. Sebab, mereka tak ingin produksi dan penjualan tempe tahu ke depan bakal terus sulit.
"Jangka menengah-panjang, kita tuntut pemerintah supaya tata niaga ini diatur. Supaya kejadian ini enggak berulang-ulang," seru Sutaryo.
Advertisement