Sukses

Mengintip Ranumnya Peluang Creator Economy Bernilai Fantastis

Merajanya era para kreator yang mengembangkan ketenarannya di sektor digital menjadi bisnis bernilai fantastis salah satunya didorong oleh peningkatan konsumsi digital.

Liputan6.com, Jakarta Media sosial kini bukan sekadar wadah untuk bersosialisasi dan mengekspresikan diri. Namun, juga pundi-pundi uang bagi para kreator atau pencipta, yang menggunakan platform digital untuk berbagai tujuan spesifik. Contoh paling populer adalah Kylie Jenner.

Model dan pebisnis dari klan Kardashian-Jenner ini mulanya memperoleh ketenaran lewat media sosial. Pada 2015, akunnya duduk di posisi nomor 1 paling dilihat orang di Snapchat.

Unggul di media sosial, Kylie memanfaatkan ketenarannya dengan menciptakan Kylie Cosmetics pada 2014. Bisnisnya meroket dan bernilai setidaknya USD 900 juta, membuatnya dinobatkan sebagai miliarder termuda (21 tahun) oleh Forbes pada 2019.

Di Indonesia, kisah sukses serupa dialami oleh Raffi Ahmad (Raffi) dan Nagita Slavina (Gigi), pasangan selebriti yang kini beralih menjadi pengusaha. Semula, Raffi dan Nagita menggunakan platform digital untuk memamerkan kesehariannya di akun YouTube Rans Entertainment.

Kontennya melejit hingga Raffi dan Gigi mengembangkan rumah produksi Rans Entertainment, gurita bisnis seperti RANS Music, RANS Animation, RANS FC, dan sederet usaha lainnya.

Tak heran jika Forbes Indonesia baru-baru ini menyebut Raffi Ahmad dan Nagita Slavina sebagai The Sultans of Content di sampul edisi Digital Stars tahunan kedua Forbes Indonesia 2022. Melihat potensi dan pertumbuhan para kreator tersebut, EMTEK sebagai salah satu grup media terbesar di Indonesia pun menggelontorkan dana investasi kepada RANS Entertainment sebesar Rp248 miliar pada November 2021 lalu.

Ranumnya Peluang Creator Economy

Merajanya era para kreator yang mengembangkan ketenarannya di sektor digital menjadi bisnis bernilai fantastis ini, salah satunya didorong oleh peningkatan konsumsi digital.

Digital 2022 Report yang dikeluarkan We Are Social & Hootsuite menyebut, pertumbuhan digital secara global mencapai 80 juta dengan tren peningkatan 1 persen, serta pengguna internet sebesar 192 juta dengan peningkatan 4 persen. Terlebih selama pandemi, di mana konsumsi konten di platform digital meningkat karena banyak masyarakat terkungkung oleh pembatasan aktivitas.

Para kreator yang jeli menangkap peluang di industri ini pun tak sekadar menggunakan cara-cara lama, seperti endorsement, untuk meraup rupiah dari ketenaran yang didapat lewat konten digital. Seperti diungkapkan Clara Lindh Bergendorff dari VC First Minute Capital, ada pergeseran nyata dari attention economy, di mana pemasukan industri kreatif lebih berbasis pada iklan ke era creator economy.

Sederhananya, dalam peralihan ini, figur seperti pemengaruh (influencer), kreator, seniman digital justru dapat menjadikan khalayak sebagai aset pengembangan bisnis untuk menciptakan platform dan pasar mereka sendiri secara digital.Adapun konsep creator economy sebenarnya tak asing di luar negeri.

Studi MBO Partners (2021) menemukan sebanyak 7,1 juta warga Amerika memperoleh uang dari creator economy pada 2020. Konsep ini pun berkembang lebih luas menjadi sebuah industri, di mana Influencer Marketing Hub (2022) memperkirakan, di tingkat global, sebanyak USD 1,3 miliar modal ventura telah diinvestasikan ke dalam usaha rintisan terkait creator economy pada tahun 2021.

 

2 dari 2 halaman

Total Valuasi Creator Economy Market

Sementara total valuasi creator economy market mencapai USD 104 miliar pada 2022.Pertumbuhan Creator Economy di IndonesiaEkosistem pendukung creator economy sebenarnya sudah berkembang sejak beberapa tahun terakhir di tanah akhir. Semakin bertumbuhnya bisnis influencers marketing dan naiknya pembelanjaan iklan untuk para influencer menjadi komponen penting dari industri creator economy.

Famous Allstars (FAS) merupakan salah satu pionir yang menggerakkan industri creator economy di Indonesia. Saat ini, FAS menaungi lebih dari 120.000 influencer dan menjadi influencer marketing hub terbesar di Indonesia.

Ke depannya, FAS juga terus berinovasi dalam menumbuhkan industri creator economy dengan menyediakan platform teknologi. Serta, berinvestasi ke beberapa kreator terkemuka untuk membuat produk dan pelayanan yang lebih baik.

“Creator economy memiliki peluang yang cerah untuk bertumbuh sebagai penggerak pertumbuhan ekonomi ke depannya. Indonesia memiliki nilai tawar yang kuat mengingat masyarakat kita sangat gandrung berbagi cerita dan kepercayaannya terhadap konten influencer di media sosial. Pertumbuhan ini tentunya harus didorong dengan investasi yang tepat bagi untuk infrastruktur maupun dari sisi edukasi terkait akses pada pendanaan,” komentar Alex Wijaya, Co-CEO FAS.

Mengutip data The Creator Economy Report 2021, Alex menyebut, sumber pendapatan utama tertinggi dari kreator adalah brand deals sebesar 31 persen. Sementara lainnya, berasal dari merek atau bisnis sendiri sebesar 25 persen.

“Saat ini, pendapatan creator venture dari merek atau bisnis sendiri memang belum sebanyak brand deals. Namun, kami konsisten mendorong agar seluruh kreator di bawah naungan FAS beralih menjadi creator venture. Kami percaya profesi ini bisa menjadi peluang pekerjaan pada masa depan mengingat potensi ekonominya yang besar,” kata Alex optimistis.

Edukasi yang tepat mengenai ekosistem creator economy diyakini FAS akan menjadi motor penggerak bertumbuhnya industri kreatif ini. “Sama seperti arus informasi yang beredar jauh lebih cepat di ranah digital, kunci dari pertumbuhan creator economy ini adalah bergerak cepat agar tidak ketinggalan kereta,” tandas Alex.