Sukses

Sederet Misi Teknologi Digital Indonesia di Presidensi G20, Apa Saja?

Presidensi G20 Indonesia bakal membahas terkait digitalisasi yang tengah terjadi di dunia

Liputan6.com, Jakarta Presidensi G20 Indonesia bakal membahas terkait digitalisasi yang tengah terjadi di dunia. Bagian ini juga jadi fokus dalam task-force tersendiri dalam gelaran Think20.

Lead Co-Chair T20 Bambang Brodjonegoro mengatakan dalam membahas mengenai digitalisasi, Indonesia bisa mengedepankan fungsi teknologi digital yang bisa mendorong kesejahteraan masyarakat. Hal ini dipandang lebih baik ketimbang membahas mengenai kemajuan riset atau tingkat teknologi dengan negara lainnya.

“Ini di dalam T20, kita punya task force dalam yang membahas ekonomi digital, ada tiga topik utama yang akan kita coba bawa, tak hanya menjadi rekomendasi bagi G20, tapi kalau bisa menjadi showcase Indonesia dari bagaimana Indonesia memanfaatkan digital untuk kesejahteraan masyarakat,” katanya dalam West Java Urban 20 Talks: Kota, Desa dan Pemuda di Era Digital, Kamis (24/2/2022).

“Ini yang menurut saya poin yang harus diangkap oleh Indonesia kalau bicara digital. Karena kalau kita bicara soal adu teknologi adu riset kita udah kalau jauh dibanding Amerika, China dan India yang sudah begitu maju. Tapi ada satu aspek yang harus kita tonjolkan sebagai local wisdom-nya Indonesia. Bagaimana digital itu mebantu kehidupan masyarakat agar menjadi lebih sejahtera,” imbuh Bambang.

Mantan Menteri Riset dan Teknologi ini juga menyampaikan ada tiga topik utama yang akan dibahas oleh Taskforce Digitalisasi dalam Think20.

Pertama, Ketimpangan digital atau digital divide. Terkait ini ada dua hal ketimpangan, yakni terkait infrastruktur dan terkait skill atau kemampuan akses teknologi digital.

Ia menyebut jika kasusnya adalah ketimpangan infrastruktur solusinya dengan menambah infrastruktur. Namun ada yang lebih sulit untuk diatasi, yakni kemampuan mengakses teknologi digital.

“Tapi ada ketimpangan tahap berikutnya yang jauh lebih sulit untuk bisa segera dikurangi, yaitu ketimpangan dalam skill. Skill memakai teknologi digital itu sendiri. Gampangnya antara yang gaptek dan yang jagoan teknologi,” katanya.

“Nah ini kalau di AS itu isu besar. Meski di AS itu infrastrukturnya besar, internet sampai dimana-mana, tapi banyak warganya yang belum terlalu ingin atau masih takut untuk memakai teknologi digital. Sehingga digital divide di amerika itu terasa tapi bukan aspek infras tapi aspek skill tadi,” tambahnya.

 

2 dari 2 halaman

Topik Lainnya

Kemudian, topik kedua yang akan dibahas adalah mengenai Smart City. Ini bukan hanya soal banyaknya teknologi yang diimplementasikan di salah satu kota. Namun, seberapa besar manfaat penggunaan teknologi digital terhadap pelayanan publik.

“Karena kadang-kadang smart city untuk masalah security untuk transportasi barangkali sangat bermanfaat untuk masyarakat kota yang mungkin dalam kehidupan sehari-harinya merasa insecure dan juga merasa repot dengan urusan angkutan umum, dengan smart city setidaknya dua masalah itu bisa teratasi,” terang Bambang.

Lebih lanjut, Bambang menyampaikan topik lainnya yang tak kalah penting untuk dibahas adalah mengenai Digitalisasi terhadap UMKM. Hal ini juga yang bisa ditonjolkan oleh Indonesia dihadapan negara-negara peserta G20.

“Pertama kita tahu UMKM itu backbone tak hanya sumbangan GDP yang diatas 50 persen, yang menyerap pekerjanya juga lebih dari 90 persen. Tapi yang penting sekarang adalah bagaimana agar UMKM ini terekspos dengan teknologi digital,” terangnya.

“Saat pandemi Covid-19 kemarin salah satu korbannya adalah UMKM yang belum terekspos digital, mereka collapse mereka gak bisa jualan, dan kehilangan pelanggan,” katanya.

Namun, dengan adanya teknologi digital, para pelaku UMKM ini bisa terbantu. Apalagi, di sisi lain, telah ada banyak unicorn yang memiliki program digitalisasi UMKM.