Liputan6.com, Jakarta - Keputusan Presiden Rusia Vladimir Putin menginvasi Ukraina memberi konsekuensi besar. Perang Rusia Ukraina disebut-sebut dapat mendorong harga banyak komoditas melonjak, saat inflasi sudah meningkat dengan waktu tercepat dalam beberapa dekade.
Sejumlah ekonom kini mengeluarkan pandangan mereka terkait dampak dari invasi Rusia di Ukraina.
Baca Juga
"Inflasi kemungkinan akan mencapai puncaknya pada tingkat yang lebih tinggi yang kami bayangkan beberapa hari lalu," kata Ben May, direktur penelitian makro global di Oxford Economics.
Advertisement
Berikut sederet kebutuhan pokok yang bisa melihat kenaikan harga hingga menjadi lebih mahal di seluruh dunia, imbas invasi Rusia di Ukraina :Â
Bahan bakar
Harga minyak global telah melonjak di atas USD 105 per barel pada Kamis (24/2). Di Amerika Serikat, harga minyak juga sudah mendekati USD 100 per barel.
AS juga melihat kenaikan harga rata-rata satu galon gas menjadi USD 3,54, naik dari USD 3,33 bulan lalu.
Harga gas alam, yang digunakan untuk memanaskan rumah dan industri listrik, juga melonjak.
Harga patokan gas di Eropa melonjak 29 persen menjadi USD 127,80 per megawatt jam, menurut data dari Independent Commodity Intelligence Services.
Bank of America sebelumnya memperkirakan bahwa rumah tangga DI Eropa akan melihat kenaikan biaya energi hingga 650 euro tahun ini, sehingga pengeluaran rata-rata menjadi 1.850 euro.
Ditambah lagi, biaya energi yang lebih tinggi akan meningkatkan biaya bagi perusahaan juga.
Bahan bakar jet akan menjadi lebih mahal untuk maskapai, berpotensi memicu tarif perjalanan udara yang lebih tinggi, sementara produsen yang menggunakan banyak tenaga, seperti pembuat baja, juga harus mengeluarkan banyak biaya.Â
Bahan Pangan
Harga pangan global sudah mendekati level tertinggi dalam 10 tahun. Konflik Rusia-Ukraina disebut bisa memperburuk situasi tersebut.
Rusia, merupakan pengekspor gandum terbesar di dunia, sementara Ukraina adalah pengekspor gandum dan jagung yang signifikan. Mereka juga mengekspor minyak nabati.
Pada Kamis (24/2), haraga gandum sudah melonjak ke level tertinggi sejak tahun 2012. Harga jagung pun melonjak. Kedelai, yang sering diperdagangkan sejalan dengan jagung, juga terdorong lebih tinggi.
Mesir dan Turki adalah pembeli utama gandum dari Rusia. Tetapi mereka tidak akan menjadi satu-satunya negara yang terpengaruh jika pengiriman gandum tertunda atau sanksi yang mengganggu aktivitas ekspor.
"Terlepas dari ke mana tepatnya bahan makanan, jelas jika ada kekurangan secara umum di dunia, maka harganya akan naik," kata Ben May.
Analis komoditas Rabobank,yakni Michael Magdovitz, mengungkapkan bahwa Ukraina masih perlu mengekspor 15 juta metrik ton jagung dan antara 5 juta hingga 6 juta metrik ton gandum musim ini.
Harga Logam juga Bisa Naik
Kini, konsumen gandum dan jagung salah satunya China, telah mengalihkan pembelian mereka ke Eropa dan Amerika Serikat untuk mengisi kesenjangan.
Jika konflik Rusia dan Ukraina terus berlarut-larut, persediaan di sana bisa semakin terbatas.
"Jika Anda menghadapi konflik yang berkepanjangan, maka Anda perlu menemukan jumlah kebutuhan yang jauh lebih besar," kata Michael Magdovitz.
Senada, Menteri Pertanian AS Tom Vilsack juga mengatakan bahwa konsumen Eropa dapat lebih rentan terhadap lonjakan harga pangan daripada warga Amerika.
Logam
Harga logam yang digunakan dalam berbagai produk konsumen melonjak karena investor telah khawatir akan dampak dari invasi Rusia di Ukraina, dan mempertimbangkan apakah sanksi dapat mempengaruhi pasokan.
"Rusia adalah produsen utama logam termasuk aluminium dan nikel, serta merupakan produsen tembaga yang substansial," kata analis di S&P Global Platts.
"Sumber pasar percaya bahwa sanksi ketat yang akan diterapkan pada perdagangan dari Rusia dapat semakin menekan pasokan di pasar global yang sebelumnya sudah ketat," ungkapnya.
Perusahaan aluminium Rusal asal Rusia, merupakan produsen terbesar di dunia. Jika sanksi baru diberlakukan, maka harga aluminium bisa meroket.
Bahkan jika Rusal tidak mendapat sanksi, lonjakan harga energi terbaru dapat memperburuk situasi.
Karena logam seperti aluminium digunakan dalam ribuan produk di seluruh dunia, mulai dari kaleng untuk makanan dan minuman hingga kendaraan dan elektronik.
Advertisement