Sukses

Tak Cuma Minyak, Perang Rusia-Ukraina Bakal Picu Kenaikan Harga LPG

Konflik yang terjadi antara Rusia dengan Ukraina tidak hanya memicu kenaikan harga minyak dunia, tetapi juga komoditas energi lain

Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah diingatkan untuk mengantisipasi kenaikan harga bahan baku Liquified Petroleum Gas (LPG). Kenaikan harga LPG bisa terjadi dampak invasi Rusia ke Ukraina.

Direktur Executive Energy Watch Mamit Setiawan mengatakan, konflik yang terjadi antara Rusia dengan Ukraina tidak hanya memicu kenaikan harga minyak dunia, tetapi juga komoditas energi lain yaitu harga acuan LPG CP Aramco.

"Hal ini pastinya perlu diantisipasi untuk semua stakeholder dalam mengambil tindakan yang dianggap perlu," kata Mamit, di Jakarta, Jumat (25/2/2022).

Belakangan ini harga acuan LPG yaitu CP Aramco terus mengalami kenaikan jika dibandingkan dengan harga rata-rata sepanjang 2021 yaitu USD 637 per Metric Ton (MT) berbanding dengan USD 775 per MT pada Februari 2022.

"Dengan demikian, harga acuan LPG sudah mengalami kenaikan sebesar 21,6 persen jika dibandingkan rata-rata 2021," tutur Mamit.

Kenaikan ini akan berdampak terhadap biaya pokok produksi untuk LPG di dalam negeri, sehingga dapat menyebabkan beban subsidi semakin berat dan keuangan Pertamina bisa terganggu untuk LPG nonsubsidi.

"Mengingat harga acuan CP Aramco terus mengalami kenaikan yang cukup signifikan seiring dengan semakin tingginya harga minyak dunia," ujar Mamit.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

2 dari 2 halaman

Naik Jangan Terlalu Tinggi

Mamit melanjutkan, salah satu pilihan untuk meringankan beban atas kenaikan harga acuan LPG tersebut adalah dengan melakukan penyesuaian harga pada LPG nonsubsidi.

Namun, terkait dengan besaran kenaikan harga LPG non subsidi, dia meminta untuk tidak terlalu tinggi dan tetap mempertimbangkan kondisi ekonomi masyarakat.

"Saya kira kenaikan di Rp 2.000 per kilogram masih bisa diterima oleh para pengguna LPG non subsidi, apalagi pengguna LPG non subsidi adalah masyarakat golongan menengah ke atas. Jadi tidak masalah dan tidak perlu ada gejolak terkait kenaikan harga LPG non subsidi ini," pungkas Mamit.