Liputan6.com, Jakarta PT Bank Mega Tbk membukukan laba bersih Rp 4,01 triliun sepanjang 2021. Angka ini tumbuh 33,23 persen dibandingkan tahun sebelumnya Rp3,01 triliun.
Direktur Utama Bank Mega Kostaman Thayib mengatakan, pertumbuhan laba tersebut diperoleh dari pendapatan bunga bersih yang naik sebesar 23,7 persen menjadi Rp4,84 triliun dari posisi yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp3,91 triliun.
Baca Juga
"Selain pendapatan bunga bersih, pendapatan laba Bank Mega juga disebabkan oleh kenaikan pendapatan selain bunga atau fee based income sebesar 7,55 persen menjadi Rp3,14 triliun dari periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp2,92 triliun," ujar Kostaman dikutip dari Antara, Sabtu (26/2/2022)
Advertisement
Total aset emiten berkode saham MEGA itu tercatat tumbuh sebesar 18,43 persen menjadi Rp132,88 triliun dari posisi yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp112,20 triliun.
Pada 2021, Bank Mega mencatat pertumbuhan kredit sebesar 25,14 persen menjadi Rp60,68 triliun dari Rp48,59 triliun pada 2020. Pertumbuhan kredit tersebut jauh di atas pertumbuhan industri perbankan yang tercatat hanya mengalami pertumbuhan 5,21 persen(yoy).
Kredit korporasi merupakan segmen kredit dengan pertumbuhan terbesar, yaitu meningkat 52,36 persen menjadi Rp39,93 triliun dari Rp26,21 triliun pada 2020 lalu.
Pertumbuhan kredit tersebut juga diiringi dengan semakin membaiknya kualitas kredit Bank Mega. Rasio kredit bermasalah atau NPL gross membaik menjadi 1,12 persen dari periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 1,39 persen, dibawah rata-rata industri perbankan sebesar 3 persen. Sedangkan NPL nett menjadi 0,81 persen dari 2020 yang sebesar 1,07 persen.
Â
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
DPK
Pada penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) , Bank Mega berhasil mencatatkan pertumbuhan sebesar 24,9 persen menjadi Rp98,91 triliun dari posisi yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp79,19 triliun.
Pertumbuhan tersebut juga diiringi dengan membaiknya komposisi rasio dana murah dengan dana mahal menjadi 31,15 persen dan 68,85 persen dibandingkan tahun sebelumnya 28,12 persen dan 71,88 perse. Hal itu berdampak terhadap penurunan biaya dana (cost of fund) menjadi 3,55 persen dari sebelumnya 5,15 persen.
Giro meningkat sebesar 92,16 persen menjadi Rp16,36 triliun pada Desember 2021 dari posisi sebelumnya sebesar Rp8,51 triliun. Tabungan meningkat sebesar 5,1 persen menjadi Rp14,45 triliun pada posisi Desember 2021 dari posisi sebelumnya sebesar Rp13,75 triliun. Sementara deposito meningkat sebesar 19,63 persen menjadi sebesar Rp68,1 triliun pada posisi Desember 2021 dari posisi sebelumnya sebesar Rp56,92 triliun.
Advertisement