Liputan6.com, Jakarta Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira menyatakan, konflik Rusia-Ukraina berpotensi besar menciptakan pembengkakan subsidi energi.
Sebab, konflik antar dua negara tersebut telah menyulut kenaikan harga minyak mentah dunia ke level tertinggi.
"Akibat konflik Rusia-Ukraina efek harga komoditas minyak mentah sudah tembus USD 100 per barel," ujarnya saat dihubungi Merdeka.com, Sabtu (26/2).
Advertisement
Sementara itu, dalam asumsi subsidi APBN 2022, harga komoditas minyak mentah dunia dipatok sebesar USD 63 per barel. Sehingga, terjadi gap yang cukup lebar dengan melihat perkembangan harga minyak terbaru saat ini.
"Dengan harga real terlalu jauh, maka imbasnya ada pembengkakan subsidi energi," bebernya.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Dongkrak Inflasi
Selain pembengkakan subsidi energi, konflik Rusia - Ukraina juga diyakini akan meningkatkan inflasi dan membuat biaya logistik jauh lebih mahal. Sehingga, akan mengerek harga kebutuhan pokok dan menurunkan daya beli masyarakat.
Oleh karena itu, Bhima mendesak pemerintah untuk segera melakukan APBN perubahan. Selain itu, pemerintah juga diminta untuk menambah dana PEN yang mencakup stabilitas harga pangan dan energi.
"Ini perlu dilakukan karena berpengaruh terhadap stabilitas ekonomi di 2022," tandasnya.
Advertisement