Sukses

Harga Minyak Tembus USD 105 per Barel Dampak Perang Rusia-Ukraina

Harga minyak Brent dan WTI menembus level di atas USD 100 pada Kamis untuk pertama kalinya sejak 2014 setelah Rusia menginvasi Ukraina.

Liputan6.com, Jakarta - Harga minyak melonjak pada perdagangan Senin setelah Amerika Serikat (AS) dan sekutu Barat memberlakukan sanksi terhadap bank-bank Rusia. Sanksi ini memicu kekhawatiran bahwa pasokan energi termasuk minyak akan terpengaruh secara tidak langsung.

Mengutip CNBC, Selasa (1/3/2022), harga minyak mentah Brent yang menjadi patokan minyak internasional, naik 7 persen dan diperdagangkan di angka USD 105 per barel. Sedangkan harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate, patokan AS, juga naik lebih dari 7 persen di level USD 99 per barel.

Harga minyak kemudian sedikit mereda. WTI menutup hari dengan naik 4,5 persen atau USD 4,13 ke level USD 95,72 per barel. Sementara harga minyak Brent naik 2,7 persen ke level USD 100,55 per barel.

Kedua harga minyak ini menembus level di atas USD 100 pada Kamis untuk pertama kalinya sejak 2014 setelah Rusia menginvasi Ukraina. Namun, lonjakan awal harga minyak ini agak berumur pendek karena pada Jumat mengalami penurunan.

"Tetapi ada eskalasi luar biasa selama akhir pekan dan itu menempatkan premi risiko kembali ke harga sehingga mendorong kenaikan harga minyak" jelas presiden Grup Energi Rapidan, Bob McNally.

Dia mengatakan, keputusan untuk menghapus beberapa bank Rusia dari sistem antar bank global Society for Worldwide Interbank Financial Telecommunication (SWIFT) mendorong kenaikan harga minyak. Selain itu langkah Bank Sentral Rusia mengeluarkan kebijakan moneter dan juga langkah Presiden Rusia Vladimir Putin menempatkan pasukan pencegahan nuklir juga mendorong kenaikan harga minyak.

“Kita bisa mencapai USD 110 atau USD 115 per barel sebelum turun kembali,” katanya.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

2 dari 2 halaman

Pertemuan OPEC

OPEC dan sekutu termasuk Rusia, akan bertemu minggu ini untuk menentukan kebijakan produksi grup untuk April. Aliansi produsen minyak tersebut telah meningkatkan produksi sebesar 400 ribu barel per hari setiap bulan seiring dengan pengurangan produksi bersejarah hampir 10 juta barel per hari yang diterapkan pada April 2020 saat pandemi berlangsung.

OPEC+ serta produsen di seluruh dunia termasuk AS, telah menjaga pasokan minyak tetap terkendali karena permintaan kembali naik. Harga minyak terus melambung, dengan invasi Rusia menjadi katalis yang mendorong minyak mentah di atas USD 100 per barel.

“Meskipun sanksi masih dibuat untuk menghindari guncangan harga energi, kami percaya sikap agresif ini akan menjadi gangguan pada pengiriman minyak dan gas dan tampaknya semakin tak terelakkan,” tulis Evercore ISI dalam sebuah catatan kepada klien.

“Rusia memberikan bayangan yang panjang, gelap, tidak terduga, dan sangat rumit. Potensi negatif terbesar dari ini untuk ekonomi AS adalah lonjakan harga minyak, ”tambah perusahaan itu.