Liputan6.com, Jakarta - PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk atau BRI (BBRI) menargetkan pertumbuhan kredit hingga 11 persen pada 2022. Proyeksi tersbeut mengacu pada kondisi ekonomi yang diharapkan lebih kondusif dibandingkan tahun lalu.
"Kita masih memproyeksikan Indonesia akan tumbuh di sekitar 4–5 persen. Kalau BRI, tahun 2022 BRI secara grup itu tumbuh dari sisi pembiayaan di kisaran 9—11 persen," kata Direktur Keuangan BRI, Viviana Dyah Ayu R dalam konferensi pers, Selasa (1/3/2022).
Meski diakui, target tersebut cukup menantang. Namun, perseroan optimistis terhadap penyaluran kredit tahun ini dengan tetap memperhatikan prinsip kehati-hatian. Sehingga rasio kredit bermasalah atau non performing loan (NLP) tetap terjaga.
Advertisement
Baca Juga
"NPL itu kita estimasi ada di 2,8–3 persen. Sementara margin bunga bersih (Net Interest Margin/NIM) ditargetkan 7,6–7,8 persen dan biaya kredit (cost of credit/CoC) akan dijaga sekitar 2,8–3 persen,” ujar dia.
Sebelumnya, Direktur Utama BRI, Sunarso menyampaikan penyaluran kredit perseroan sepanjang 2021 mencapai Rp 1.042,87 triliun. Pencapaian itu didominasi oleh segmen UMKM yang mencapai Rp 874 triliun. Sehingga komposisi UMKM dari seluruh portofolio kredit perseroan yakni 83,86 persen.
"Penyaluran kredit dan pembiayaan tumbuh positif dan dapat diimbangi perseroan dengan menjaga kualitas kredit yang disalurkan. Tercermin dari NPL Gross terjaga di 3,00 persen dengan NPL net terpelihara di bawah 1 persen. Tepatnya 0,7 persen," kata Sunarso.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
BRI Bakal Tebar Dividen Rp 26,4 Triliun
Sebelumnya, Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk atau BRI (BBRI) menyetujui pembagian dividen total Rp 26,4 triliun untuk tahun buku 2021.
Direktur Utama BRI, Sunarso menjelaskan, angka tersebut merupakan 85 persen dari laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk untuk tahun buku 2021, yakni sebesar Rp 31,6 triliun.
"85 persen laba atau tepatnya Rp 26,4 triliun ditetapkan sebagai dividne tunai yang akan dibagikan kepada pemegang saham,” kata Sunarso dalam konferensi pers usai RUPST, Selasa, 1 Maret 2022.
Sunarso menambahkan, dengan asumsi ada pengalihan treasury stock sebelum tanggal cum date, maka dividen akan dibagikan sekurang-kurangnya ekuivalen dengan Rp 174,24 per lembar saham. Angka itu meningkat signifikan dibandingkan dividen 2020 sebesar Rp 98,98 per lembar saham.
Sementara sisa dari laba sebesar 15 persen atau Rp 4,59 triliun akan digunakan sebagai saldo laba ditahan. Dengan dividen pay out ratio tersebut maka pemerintah selaku pemegang 53,19 persen saham BRI akan meraup Rp 14,04 triliun dari perseroan.
Besarnya pembagian dividen tahun ini menurut Sunarso tak jadi soal. Lantaran tahun lalu perseroan menambah modal cukup besar lewat rights issue. Sehingga pemodalan perseroan masih sangat kuat. Capital Adequacy Ratio (CAR) BRI masih 25 persen dengan likuiditas BRI juga masih sangat memadai, tercermin dari Loan to deposit Ratio (LDR) perseroan di level 83 persen.
"BRI memiliki struktur permodalan yang sangat kuat. Kemudian memiliki likuiditas yang memadahi dan optimal. Sehingga meskipun 85 persen laba dibagikan dalam bentuk dividen, tidak akan mengurangi kemampuan BRI untuk tumbuh terutama tahun ini dan tahun depan,” ujar dia.
Advertisement