Liputan6.com, Jakarta PT Pertamina (Persero) baru saja menaikan harga BBM nonsubsidi per 3 Maret 2022 kemarin, imbas dari kenaikan harga minyak dunia.
Sebelumnya, Shell Indonesia juga telah mengencangkan ikat pinggang untuk sejumlah varian produknya.
Baca Juga
Direktur Executive Energy Watch Mamit Setiawan buka kemungkinan, gejolak harga minyak dunia bisa saja bakal ikut menganggu penyaluran subsidi energi pemerintah untuk harga BBM maupun LPG 3 kg.
Advertisement
"Dampaknya buruknya pasti beban keuangan APBN untuk subsidi energi akan meningkat, baik itu subsidi listrik, BBM maupun LPG 3 kg," kata Mamit kepada Liputan6.com, Jumat (4/3/2022).
Menurut dia, durian runtuh yang didapatkan pemerintah dari lonjakan harga minyak dunia tidak sebanding dengan kenaikan beban subsidi.
"Hal ini karena kita adalah net importir untuk minyak mentah maupun produk serta LPG, karena lifting migas kita masih lebih rendah dari konsumsi," sebut Mamit.
Selain itu, situasi tersebut juga bisa menyebabkan defisit transaksi berjalan atau current account deficit (CAD) jadi semakin jauh. Sehingga nilai tukar rupiah bisa terdepresiasi.
"Kemungkinan terjadinya kenaikan inflasi jika dibandingkan 2021 akan semakin besar," imbuh dia.
Di samping itu, kenaikan harga minyak dunia juga akan menaikan beban pokok produksi barang di Indonesia.
"Ini karena BBM dan LPG sudah menjadi energi primer dalam kegiatan produksi. Kenaikan mereka pastinya akan meningkatkan ongkos produksi," tegas Mamit.
Harga Minyak Dunia
Harga minyak mentah Amerika Serikat (AS) melonjak ke level tertinggi sejak 2008 sebelum berbalik arah. Melambungnya harga minyak dipicu gangguan pasokan dari Rusia terkait kemungkinan kesepakatan nuklir Iran.
Melansir laman CNBC, Jumat (4/3/2022), harga minyak dunia berjangka West Texas Intermediate, patokan minyak AS, diperdagangkan setinggi USD 116,57 per barel. Level harga ini terakhir terlihat pada 22 September 2008.
Adapun patokan internasional harga minyak mentah Brent mencapai USD 119,84, level tertinggi sejak Mei 2012.
Namun harga minyak kemudian susut, dan diperdagangkan lebih rendah sepanjang sore waktu setempat.
WTI berakhir dengan turun 2,65 persen lebih rendah menjadi USD 107,67 per barel, sementara Brent turun 2,19 persen menjadi USD 110,46 per barel.
Invasi Rusia ke Ukraina telah mendorong harga minyak dunia melonjak. Kemungkinan kesepakatan dengan Iran telah menjadi salah satu faktor yang dikutip yang dapat membawa bantuan segera untuk pasar yang sangat ketat.
“Kecuali ada pencairan ketegangan yang gamblang dalam bentuk konsesi dari kedua belah pihak dan sanksi dicabut dan/atau Iran diizinkan kembali ke pasar sebelum sehingga dapat mulai menjual minyaknya dari penyimpanan sampai produksi ditingkatkan, premi risiko adalah tidak diharapkan untuk mengempis secara nyata,” kata pialang PVM dalam sebuah catatan kepada klien.
Meskipun turun, kedua kontrak minyak masih solid di zona hijau pada minggu ini. WTI naik sekitar 19 persen, sementara Brent telah naik 14 persen.
Advertisement