Mantan Presiden, Baharuddin Jusuf Habibie, menuturkan dirinya pernah mendapat kebebasan sangat besar dari mantan seniornya, (Alm) Soeharto, untuk membuat produk canggih apapun di Indonesia. Namun, Soeharto hanya meminta satu hal padanya yaitu jangan melakukan revolusi.
Hal itu diungkapkan Habibie saat menjadi pembicara dalam kuliah umum Wirausaha Mandiri Expo 2013 di Jakarta, Kamis (17/1/2013).
Habibie mengisahkan, ketika memutuskan pulang ke Indonesia usai bekerja di Jerman, dirinya bersama sekitar 20 orang pekerja riset mulai merancang pembuatan sebuah pesawat. Proyek itu pun segera dimulai pada 1974, atau tahun yang sama dirinya kembali ke tanah air.
Selama kurun waktu 10 tahun yang berakhir pada 1984, Habibie dan timnya akhirnya bisa membuahkan hasil sebuah pesawat karya anak negeri, CN 235. Pesawat ini merupakan hasil kerja sama lisensi yang dikembangan antara CASA Spanyol dan IPTN.
Dalam pengembangan pesawat tersebut, Habibie mengaku diuntungkan kondisi ekonomi Indonesia yang tengah membaik akibat kenaikan harga minyak dunia. Kenaikan itu membuat Indonesia mendapatkan pendapatan negara yang melonjak tinggi.
"Dari keuntungan pendapatan tersebut disalurkan untuk pengembangan pesawat buatan hasil karya cipta dalam negeri. Dari periode 1974 ke 1984 saya baru bisa menghadiahkan pesawat tersebut ke Soeharto," ujar Habibie.
Advertisement
Sejak saat itu, keberhasilan BJ Habibie terus meningkat tajam. Soeharto pun terlihat sangat senang melihat keberhasilan yang diperoleh Habibie. Bahkan, mantan orang satu Indonesia itu tidak sungkan memberikan hadiah istimewa kepadanya yaitu pengembangan industri dan lembaga industri strategis. (Dis/Shd)