Sukses

Atasi Masalah Pangan, Ketua Banggar DPR Tawarkan 7 Solusi

Berulang kali kita menghadapi persoalan yang sama dari waktu ke waktu, yakni kelangkaan beberapa kebutuhan bahan pangan rakyat.

Liputan6.com, Jakarta Berulang kali kita menghadapi persoalan yang sama dari waktu ke waktu, yakni kelangkaan beberapa kebutuhan bahan pangan rakyat. Terbaru rakyat dibuat susah dengan kelangkaan stok minyak goreng di berbagai tempat.

Maka dari itu, Ketua Banggar DPR MH Said Abdullah, menyarankan 7 langkah agar Pemerintah bisa menangani permasalahan tata kelola pangan rakyat, agar masalah tersebut tidak berulang terjadi.

Pertama, Pemerintah perlu menyusun peta jalan kebijakan pangan nasional secara akurat. Memitigasi berbagai sumber masalah atas tata kelola pangan rakyat yang selama ini terjadi, baik dari sisi hulu hingga hilir.

Kedua, Pemerintah perlu membuat sistem logistik nasional yang terintegrasi, terkoneksi dengan berbagai pihak, baik di pusat maupun di daerah, dengan pendekatan lintas sektor. Dengan sistem ini kita senantiasa mendapatkan informasi terkini melalui dashboard sistem logistik nasional.

“Sistem harus mampu memberikan peringatan dini atas potensi persoalan rantai pasok pangan, termasuk berbagai praktik permainan dagang kotor, seperti praktik monopoli, kartel, dan lain-lain. Pembangunan sistem logistik pangan ini sekaligus memudahkan pendataan bagi berbagai instansi untuk pajak, bea dan cukai, dan lain-lain,” kata Said dalam keterangan tertulisnya, Senin (7/3/2022).

Ketiga, Pemerintah perlu menguatkan peran dan fungsi Badan Logistik. Intervensi Bulog terhadap pasar perlu terus diperkuat, sehingga Bulog dapat menjadi stabilisator yang efektif mengatasi berbagai hal menyangkut stok pangan rakyat.

“Penguatan Bulog ini dengan meningkatkan volume dan keragaman stok pangan strategis seperti beras, telor, minyak goreng, kedelai, garam, an lai-lain, yang tentu harus ditopang pula dengan sistem pergudangan baik modern, dan kecepatan distribusi yang efisien,” ujarnya.

Langkah keempat, yaitu dalam rangka melakukan operasi pasar terkait penegakan hukum, pemerintah perlu melibatkan peran serta masyarakat luas. Keterbatasan aparatur sangat menguntungkan para pihak yang berburu rente dan spekulasi.

Sementara itu, Kementerian Perdagangan perlu meniru kepolisian dalam menjaga keamanan kampung dengan membentuk siskamling. Dalam hal pengawasan pangan rakyat, sangat baik bila Kementerian Perdagangan memiliki kekuatan rakyat yang terorganisir berperan serta aktif dalam pengawasan tata kelola pangan.

 

2 dari 2 halaman

Selanjutnya

Kelima, Kementerian Perdagangan perlu mengumumkan secara terbuka kepada publik perusahaan perusahaan yang tidak mematuhi DMO dan DPO kelapa sawit, dan melakukan penegakan hukum atas pelanggaran tersebut. Langkah tegas ini perlu diambil oleh pemerintah agar dikemudian hari tidak ada lagi perusahaan perusahaan yang bisa berada di atas pemerintah.

Selanjutnya, langkah keenam, karena tidak efektifnya kebijakan DMO dan DPO di lapangan, dan masih terus membumbung tinggi serta kelangkaan minyak goreng di banyak daerah, pemerintah harus menghentikan sementara ekspor kelapa sawit setidaknya sebulan agar ada kepatuhan sejumlah produsen besar untuk memenuhi kebutuhan sawit domestik.

Terakhir, Pemerintah perlu terus mengembangkan diversifikasi pangan rakyat. Kasus kelangkaan minyak goreng ini menunjukkan minyak goreng dari sawit menjadi produk yang seolah tidak ada subtitusinya.

“Ketergantungan kita terhadap minyak goreng sawit sangat tinggi. Padahal kita juga mengenal virgin coconut oil (vco) atau minyak kelapa yang lebih sehat dari minyak sawit,” ucapnya.

Bahkan rakyat Indonesia sangat memungkinkan untuk mengurangi konsumsi minyak goreng. Kita mewarisi tradisi memasak dengan merebus dan membakar. Cara olahan makanan merebus dan membakar bahkan lebih sehat, dan rasanya lebih otentik.

“Kelompok kelompok masyarakat perlu terus mengembangkan tradisi memasak seperti ini. Industri juga dapat masuk untuk mengisi market dengan berbagai alat untuk merebus dan membakar bahan makanan dengan cara praktis,” pungkasnya.