Liputan6.com, Jakarta Sekali melempar batu, dua burung yang kena. Peribahasa ini cocok menggambarkan bagaimana PT Inalum (Persero) (Inalum Operating) berkolaborasi dengan masyarakat untuk menyelesaikan masalah sosial dan lingkungan di Kuala Tanjung, Sumatera Utara.
Dedi Syahputra alias Untung, peternak bebek petelur asal Desa Kuala Tanjung, Sei Suka, Kabupaten Batubara memanfaatkan limbah kantin Inalum Operating untuk di olah menjadi pelet pakan ternak.
Baca Juga
Menurut Untung, kebutuhan pakan ternak bebek per hari mencapai 250 kg pelet dengan harga Rp9.500 per kg. Biaya yang cukup besar dikeluarkan untuk memberi makan 200 ekor bebek. setiap bulan rata-rata pendapatan Untung dari ternak bebek dan berjualan telur mencapai Rp3 juta per bulan.
Advertisement
“Kami biasa jual telur bebek di warung-warung di kawasan Kuala Tanjung, permintaannya cukup banyak disini,” ujar Untung.
Inisiatif datang dari Untung yang melihat ada peluang peningkatan pendapatan melalui pemanfaatan limbah kantin Inalum Operating. Jika sebelumnya limbah sisa makanan kantin dibuang, Untung kini memanfaatkan lebih dari 230 kg per hari sisa makanan kantin perusahaan atau sekitar 6 ton per bulan.
Sisa bahan maupun makanan dari kantin seperti nasi, potongan sayur-sayuran, kepala ikan, tulang ayam, dan buah-buahan diolah Untung menjadi bahan pakan ternak bebek. Menurutnya pengolahan pakan dari bahan organik lebih baik untuk ternaknya dari pada hanya pelet saja.
“Mungkin bahan organik memiliki kandungan mikroorganisme yang baik bagi ternak” kata Untung.
“Sebelumnya produksi telur hanya 60 butir saja per hari, setelah dikombinasi dengan pakan organik ini menjadi rata-rata 160 butir telur per hari” tambahnya.
Rata-rata pendapatan Untung meningkat dari sebelumnya Rp3 juta kini bisa mencapai hingga Rp9 juta per bulan. Hingga kini dia selalu kebanjiran order telur bebek untuk warung-warung di kawasan Kuala Tanjung. Lebih dari itu Untung juga mengajak pemuda di daerahnya agar mampu memanfaatkan limbah di sekitar agar memiliki nilai manfaat dan menguntungkan.
Selain sisa katering, masyarakat juga memanfaatkan limbah organik dari kegiatan pembersihan rumput di kawasan perusahaan. Keberadaan rumput ternyata tak bisa diremehkan karena tim kebersihan Inalum Operating bisa mendapatkan sekitar 150 kg per hari atau 4,5 ton rumput per bulan.
Masyarakat memanfaatkan limbah sisa pemotongan rumput untuk pakan ternak setara dengan 10 ekor sapi. Program ini kemudian terintegrasi dengan pemenuhan kebutuhan hewan qurban yang setiap tahunnya dilaksanakan oleh perusahaan. Kedua program pemanfaatan jenis limbah organik tersebut memberikan manfaat bagi seluruh pihak baik perusahaan dan masyarakat. Selain manfaat lingkungan, program-program ini juga selaras dengan pengembangan ekonomi produktif yang melibatkan pemuda.
Direktur Operasi dan Portofolio MIND ID, Danny Praditya mengatakan keberhasilan program tanggung jawab sosial dan lingkungan (TJSL) yang dilaksanakan Inalum Operating dilatarbelakangi kolaborasi dan partisipasi aktif dari seluruh pihak yang terlibat.
“Program TJSL yang dijalankan Inalum Operating menyentuh aspek lingkungan, ekonomi dan sosial. Di aspek lingkungan, ada pemanfaatan limbah menjadi nilai tambah, aspek ekonomi adanya peningkatan kesejahteraan masyarakat dan sosial karena menstimulus terbentuknya kelembagaan baru,” tutur Danny.
Program pengelolaan lingkungan dan tanggung jawab sosial Anggota MIND ID ini dinilai beyond compliance oleh Kementerian Lingkungan Hidup & Kehutanan (KLHK) dengan diraihnya Peringkat Proper Hijau tahun lalu.
“Ini komitmen Inalum Operating dalam mendukung keberhasilan pembangunan berkelanjutan (SDGs), mulai dari pemberdayaan masyarakat, pencegahan pencemaran lingkungan, pengelolaan limbah B3 dan non B3, mitigasi dampak lingkungan termasuk emisi gas rumah kaca (GRK) dan mengoptimalkan penggunaan sumber energi terbarukan,” kata Danny.
(*)