Sukses

Harga Minyak Melorot 12 Persen, Terburuk Sejak November 2021

Harga minyak mentah WTI jatuh lebih dari 12 persen atau USD 15 menjadi USD 108,7 per barel.

Liputan6.com, Jakarta Harga minyak turun secara tiba-tiba pada perdagangan Rabu, memberikan kembali beberapa reli bulan ini di tengah gangguan pasokan akibat invasi Rusia ke Ukraina.

Dikutip dari CNBC, Kamis (10/3/2022), harga minyak mentah WTI jatuh lebih dari 12 persen atau USD 15 menjadi USD 108,7 per barel.

Level ini mencatat hari terburuknya sejak 26 November 2021. Awal pekan ini, WTI sempat mencapai USD 130 per barel yang tercatat sebagai level tertinggi dalam 13 tahun, selama meningkatnya ketegangan geopolitik.

Sedangkan harga sinyak mentah Brent turun 13 persen atau USD 16,8 ke level USD 111,1, menjadi penurunan satu hari terbesar sejak April 2020. Harga minyak Brent baru saja mencapai USD 139 pada hari Senin, tertinggi sejak 2008.

Penurunan harga minyak terjadi di tengah indikasi kemungkinan kemajuan AS dalam mendorong lebih banyak produksi minyak dari sumber lain.

Reuters melaporkan bahwa Irak mengatakan dapat meningkatkan produksi jika OPEC+ meminta. Menteri Luar Negeri Antony Blinken juga mengisyaratkan bahwa UEA akan mendukung peningkatan produksi oleh OPEC+.

"Titik harga USD 130 itu merupakan faktor dalam mentalitas pengepungan mutlak di pasar minyak, di mana kami menatap ke bawah berpotensi kehilangan semua produksi Rusia, OPEC tidak bergerak dan situasi Ukraina semakin memburuk," kata John Kilduff dari Again Capital mengatakan di CNBC's The Exchange.

Pekan lalu, Badan Energi Internasional merilis 60 juta barel cadangan minyak untuk mengkompensasi gangguan pasokan setelah invasi Rusia, dan badan tersebut menyebut langkah itu sebagai tanggapan awa  dan mengatakan lebih banyak lagi yang bisa dirilis jika diperlukan.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

2 dari 2 halaman

Lonjakan Harga Minyak

Namun, harga minyak telah melonjak bulan ini dengan minyak mentah WTI naik sekitar 15 persen karena Rusia, pengekspor minyak mentah terbesar kedua di dunia, menyerbu Ukraina.

"Dunia bekerja sama untuk mengatasi lonjakan harga minyak dan itu telah menempatkan puncak jangka pendek untuk minyak mentah," Ed Moya, Analis Pasar Senior di Oanda, mengatakan dalam sebuah catatan.

Inggris mengumumkan pembatasannya sendiri untuk membeli impor minyak Rusia, dengan mengatakan akan menghapus impor negara itu pada akhir tahun. Uni Eropa juga meluncurkan rencana untuk menghentikan penggunaan bahan bakar fosil Rusia.