Liputan6.com, Jakarta Staf Khusus Menteri BUMN Arya Sinulingga menyebut orang kaya atau dalam taraf mampu seharusnya tidak menggunakan Bahan Bakar Minyak atau BBM bersubsidi. Ini menyusul tren kenaikan harga minyak dunia yang berimbas pada penyesuaian harga BBM dalam negeri.
Arya menyebut, dari sisi Kementerian BUMN yang dipimpin Erick Thohir ini, dinilai tidak etis jika orang kaya menggunakan BBM subsidi. Artinya, kalangan tersebut lebih baik mengikuti harga pasar yang berlaku.
Baca Juga
“Seharusnya yang namanya BBM untuk orang-orang kaya mobil mewah jangan disubsidi, harusnya mengikuti harga pasar karena sangat tidak fair kalau BBM yang untuk mobil mewah itu dibebankan ke rakyat untuk pembiayaan-pembiayaan mendapatkan BBM,” katanya kepada wartawan, Selasa (15/3/2022).
Advertisement
Ia menyebutkan ini yang diharapkan Kementerian BUMN, serta ia meminta para pemilik mobil mewah untuk bersiap dan selalu mengikuti harga pasar yang berlaku untuk bahan bakar kendaraannya.
“Itu yang kita dorong kesana arahnya, jangan sampai orang-orang yang punya mobil mewah ini, apalagi kan itukan memang jumlahnya gak besar lah, tapi kita kan dorong mereka untuk mau memakai BBM yang bukan disubsidi,” katanya.
“Kemudian BBM tersebut juga mengikuti harga pasar yang terjadi baik naik maupun turunnya. Ikutan lah jangan membebani rakyat dengan mobil mewahnya,” imbuh dia.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Harga Pertalite Tak Akan Naik
Sebelumnya, Arya menyampaikan BBM jenis Pertalite dengan oktan 89 tidak akan ada kenaikan harga. Hal ini melihat kenaikan harga minyak internasional, sementara Pertalite merupakan pengganti Premium di kalangan masyarakat yang membutuhkan.
“Yang pasti kalau pertamina, pertalite kan engga naik, kita sih berharap orang-orang yang mempunyai kemampuan daya beli atau punya uang ya jangan disubsidi lah,” katanya di Kementerian BUMN.
“Ya kan kalau orang kaya malu juga pakai Pertalite, mobil bagus tapi pakai subsidi gak lucu, ya pokoknya semua yang (di atas) garis subsidi ya disesuaikan dengan harga market lah, jadi ada kesadaran untuk jangan ramai ketika harga bagi orang ayng mampu bahan bakarnya engga disubsidi,” terangnya.
Advertisement