Liputan6.com, Jakarta - Invasi di Ukraina telah menyebabkan banyak perusahaan dan merek dari Negara Barat mengentikan operasionalnya di Rusia dan meninggalkan negara itu.
Tetapi, beberapa perusahaan asing mengungkapkan mereka masih membuka gerainya di Rusia dan tidak dapat menutupnya. Sebelumnya banyak perusahaan memutuskan hengkang imbas perang Rusia Ukraina.
Baca Juga
Dilansir dari BBC, Rabu (16/3/2022) perusahaan itu di antaranya adalah franchise retail Marks and Spencer, franchise makanan cepat saji Burger King, dan grup hotel Marriott dan Accor.
Advertisement
Terhambatnya penutupan toko/gerai itu terjadi karena merek-merek ini sudah terikat oleh kesepakatan waralaba yang sah di Rusia, sehingga menyulitkan mereka untuk gulung tikar dari pusat perbelanjaan negara itu.
"Perjanjian hukum yang sudah berlangsung lama ini tidak mudah diubah di masa mendatang," kata Restaurant Brands International, pengelola Burger King di Rusia.
Sementara itu, Marriott mengatakan kepada BBC bahwa hotel-hotelnya di Rusia dimiliki oleh pihak ketiga tetapi mengatakan akan "terus mengevaluasi kemampuan hotel-hotel ini untuk tetap buka", menunjukkan bahwa mereka sedang mempertimbangkan perjanjian waralaba.
Sebagai informasi, terdapat 48 gerai Marks and Spencer dan 800 restoran Burger King yang masih buka di Rusia, sementara Marriott dan Accor masing-masing memiliki 28 dan 57 hotel yang masih buka.
Toko Marks and Spencer telah dioperasikan oleh perusahaan Turki bernama FiBA, yang telah memegang hak untuk menjual produk pengecer di seluruh Eropa Timur sejak 1999.
Namun, raksasa ritel itu telah menangguhkan pengiriman barangnya ke FiBA sebagai tanggapan atas perang Rusia-Ukraina.
Â
Pizza Hut di Rusia Bakal Ditutup Sementara
Sementara banyak merek Barat yang tak bisa gulung tikar di Rusia, Yum Brands, yang mengelola KFC dan Pizza Hut di negara itu, mengatakan sedang menyelesaikan kesepakatan dengan pemegang waralaba utamanya untuk menghentikan sementara operasional.
Victoria Hobbs, mitra di firma hukum Bird&Bird mengatakan dirinya meyakini franchise tersebut "sangat khawatir" dengan potensi kerusakan reputasi karena terus beroperasi di Rusia.
"Mereka jelas khawatir pada masalah kemanusiaan dan moral tentang apa yang terjadi, tetapi saya juga berpikir mereka khawatir sejumlah perusahaan telah diancam akan diboikot," ungkapnya.
Maka dari itu, perusahaan-perusahaan ini berusaha melakukan cara lain untuk membantu situasi di Ukraina setelah invasi Rusia.
Accor, yang memiliki 57 hotel bermerek di Rusia dan 3.500 karyawan di sana, telah menangguhkan semua pemesanan kamar bagi entitas yang terkena sanksi dari negara barat.
Burger King mengalihkan keuntungannya dari operasi waralaba di Rusia ke kegiatan amal.
Adapun Marriott dan IHG Hotels & Resorts, yang juga menghentikan pengembangan dan investasi hotel serta menutup kantor perusahaan mereka - yang mereka miliki sendiri dan kendalikan - di Moskow.
Adapun Marks and Spencer, yang menggelontarkan dana 1,5 juta pound sterling untuk mendukung para pengungsi Ukraina dan menyumbangkan 20.000 mantel dan termal.
Advertisement