Liputan6.com, Jakarta Indonesia memiliki potensi Pembangkit Listrik Tenaga Surya atau PLTS Atap cukup besar. Sebab itu, pemasangan PLTS ini akan menjadi prioritas pemerintah dalam jangka pendek.
Ini diungkapkan Direktur Aneka Energi Baru dan Energi Baru Terbarukan Kementerian ESDM Andriah Feby Misna dalam acara virtual Energy and Mining Editor Society (E2S) dengan tema "PLTS Atap untuk Industri, Siapa yang Untung?”, Rabu (23/3/2022). "Khusus energi surya potensi 3,3 GW, saat ini baru 204 MW," jelas dia.
Menurut dia, pemanfaatan energi baru terbarukan pada sektor energi menjadi hal yang sangat penting berkaitan dengan transisi energi. Di mana, pemanfaatan 60 persen pembangkit ditargetkan berasal dari energi surya pada 2060.
Advertisement
Adapun hal yang mendorong PLTS menjadi prioritas pemanfaatan EBT antara lain karena potensi yang cukup besar dan waktu pembangunan konstruksi yang cukup pendek. "Sehingga PLTS jadi prioritas kita," jelas dia.
PLTS menjadi bagian untuk pemerintah mencapai target bauran energi baru terbarukan (EBT) sebesar 23 persen. Targetnya pada 2025 bisa terpasang 3,6 GW.
Pada tahun tersebut, diharapkan sektor industri bisa memberikan peran cukup tinggi untuk implementasi PLTS Atap.
"PLTS permasalahan itu pada lahan, jadi dengan gunakan atap bangunan rumah, industri, maka potensinya ada di 3,6 GW," tambah dia.
Upaya lain untuk mencapai 23 persen bauran EBT melalui mandatori biodiesel, pemberian insentif fiskal dan non fiskal utk EBT, kemudahan perizinan berusaha, serta mendorong demand ke arah energi listrik, misal kendaraan listrik, kompor listrik.
Capaian PLTS Atap di 2022
Dia mengaku jika capaian PLTS atap kecenderungan terus meningkat sampai Februari 2022. Tercatat, capaian PLTS Atap sudah mencapai 5.321 pelanggan dengan kapasitas sebesar 59,84 MWp.
"Capaian target tersebut setara 13,3 perseb dari target di tahun 2022," jelas dia. Berdasarkan sebaran lokasinya, pelanggan PLTS Atap mayoritas berada di Jawa dan Bali.
Berdasarkan kategori pelanggan, jumlah pelanggan PLTS atap paling tinggi berasal dari pelanggan RT sekitar 4175 pelanggan. Berdasarkan kapasitas plts atap paling tinggi berasal dari pelanggan industri 17,7 MW.
"Kita harapkan bisa terus kita dorong ke depannya. Dalam rangka mendorong PLTS Atap kami sudah lakukan upaya, antara lain perubahan regulasi Permen PLTS Atap 26/2021 terkait ekspor listrik, akumulasi tagihan, waktu permohonan, perdagangan karbon, wilayah usaha, dan pusat pengaduan," tutur dia.
Ke depan juga disediakan aplikasi layanan berbasis online yag selama ini masih manual, untuk mempercepat layanan.
EVP Pelayanan Pelanggan Retail PLN, Munief Budiman mengakui jika jumlah pelanggan PLTS Atap terus bertambah sejak 2018.
"Di tahun 2018 tercatat ada 609 pelanggan, kemudian pada 2019 naik menjadi 1.673 pelanggan, lalu 2020 melonjak eksponensial menjadi 3.007 pelanggan, dan sampai Desember 2021 ada 4.794 pelanggan," ujarnya.
Advertisement