Liputan6.com, Jakarta - Publik tengah dihebohkan dengan kabar Presiden Rusia Vladimir Putin yang berencana datang ke Bali, Indonesia untuk menghadiri KTT G20 pada akhir tahun ini.
Kabar mengenai rencana kedatangan Putin ke Indonesia diwarnai dengan desakan negara Barat untuk mengeluarkan negara tersebut dari G20 sebagai akibat dari perang di Ukraina.
Direktur Biro Riset Ekonomi Asia Timur di Australian National University, Shiro Armstrong dan Direktur Eksekutif Centre for Strategic and International Studies Rizal Damuri melihat, konflik Rusia-Ukraina membuat agenda G20 tentang kerja sama untuk pemulihan pandemi menjadi sulit.Â
Advertisement
Karena itu, keduanya berharap agar Indonesia berusaha menjaga G20 tetap berfokus pada kerja samanya.
"Indonesia harus menemukan cara untuk menjaga agar G20 tetap fokus pada hasil kerja sama dan diarahkan pada pemulihan ekonomi," kata Shiro Armstrong dan Rizal Damuri, dikutip dari South China Morning Post, Kamis (24/3/2022).Â
Namun, hal itu tentunya tidak mudah, Shiro dan Rizal melihat, tantangannya adalah fokus pada sejumlah kecil hasil strategi daripada sederet keinginan yang tidak dapat dicapai.
"Kemajuan yang jelas dalam reformasi WTO akan menjadi warisan monumental kepemimpinan Indonesia di G20," tutur keduanya.
Reformasi WTO menjadi penting, karena G20 sebagai satu-satunya kelompok yang dapat memobilisasi dukungan dari negara ekonomi terkuat dunia untuk mereformasi institusi global.
Selain itu, Shiro dan Rizal juga menilai "Indonesia memiliki otoritas moral yang hanya sedikit dimiliki negara lain untuk menetapkan arah strategis yang jelas bagi reformasi WTO".
Hal itu terlihat ketika Indonesia melangkah maju mengartikulasikan rencana komprehensif untuk Reformasi WTO pada KTT G20 di Osaka pada tahun 2019.
Inisiatif ini disambut dan menarik dukungan dari negara-negara G20 lainnya, yang mengarah ke Inisiatif Riyadh untuk Masa Depan WTO pada tahun 2020.
Baca Juga
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Indonesia Bisa Memandu Inisiatif Reformasi WTO di G20 Dengan Cara Ini
Shiro dan Rizal juga menyerukan Indonesia mengusulkan makalah strategi Kerangka Kerja Umum G20 untuk Reformasi WTO untuk memandu inisiatif reformasi.
"Posisi Indonesia sebagai ketua Kelompok 33 negara berkembang di WTO dapat menjembatani isu ini di antara para protagonis utama di lingkungan yang sarat geopolitik ini," kata Shiro dan Rizal.
Hal itu diperkuat dengan keberhasilan Indonesia di panggung internasional sebelumnya saat memimpin penyelesaian RCEP, perjanjian perdagangan regional terbesar di dunia, pada saat meningkatnya proteksionisme, persaingan strategis, dan resesi yang disebabkan oleh pandemi.
Keduanya melanjutkan, bahwa "Sebagai salah satu pendukung Reformasi WTO, Indonesia baiknya bergabung dengan Multiparty Interim Appeal Arbitration Arrangement (MPIA) yang mereplikasi fungsi Dispute Settlement Body WTO, bersama dengan Uni Eropa, China, Singapura, Australia dan 20 anggota WTO lainnya".
"Menemukan solusi untuk memiliki sistem penyelesaian sengketa WTO yang berfungsi adalah prioritas utama, tetapi sampai saat itu, sebagai langkah konkrit dan meningkatkan kepercayaan, Indonesia dapat mengumumkan kesiapannya untuk bergabung dengan MPIA menjelang KTT G20 dan menyerukan kepada pihak lain, terutama di daerah, untuk mengikuti. Langkah itu akan memperkuat kredensial kepemimpinan kebijakan perdagangan Indonesia sekaligus mendukung reformasi WTO," jelas Shiro dan Rizal.
Advertisement
Momentum Lainnya yang Dapat Dimanfaatkan Indonesia
Indonesia, menurut Shiro dan Rizal, juga memiliki kesempatan dan tanggung jawab untuk menempatkan ekonomi global pada jalur yang benar salah satunya dengan memanfaatkan kemampuan membawa India dan Brasil ke dalam rencana aksi untuk kepresidenan G20 mereka serta membantu India lebih dekat ke rantai pasokan Asia Timur.
Selain itu, kepemimpinan Indonesia di ASEAN pada tahun 2023 juga dapat meneruskan momentum tersebut dengan implementasi regional dari hasil-hasil G20 saat RCEP bersiap tahun ini.
"Sistem perdagangan multilateral yang lebih kuat dengan organisasi perdagangan yang efektif akan menjadi kondisi yang diperlukan untuk pulih, termasuk mencegah eskalasi ketegangan geopolitik yang sudah meningkat. G20 menghadirkan peluang penting bagi Presiden Joko Widodo agar fokus pada prioritas strategis di mana Indonesia memiliki daya tarik dan dapat memimpin dengan memberi contoh," demikian keterangan tertulis Shiro Armstrong dan Rizal Damuri.