Liputan6.com, Jakarta - Dolar Amerika Serikat (AS) menguat pada Kamis pagi, 24 Maret 2022 di Asia, menemukan beberapa dukungan karena mengambil nafas dari reli curam baru-baru ini. Pada perdagangan Kamis sore (24/3/2022),rupiah melemah tipis 5 poin walaupun sebelumnya sempat melemah 15 poin di level Rp 14.352 dari penutupan sebelumnya di level Rp 14.351.
"Sedangkan untuk perdagangan besok, mata uang rupiah kemungkinan dibuka berfluktuatif namun ditutup melemah di rentang Rp.14.330 - Rp.14.380," ujar Direktur PT TRFX Garuda Berjangka, Ibrahim Assuaibi, dikutip dari keterangan tertulis, Kamis pekan ini.
Sejumlah sentimen baik internal dan global bayangi rupiah. Dari eksternal, Presiden AS Joe Biden dapat mengumumkan sanksi lebih lanjut terhadap Rusia di kemudian hari, sebagai tanggapan atas invasi terakhir ke Ukraina satu bulan lalu pada 24 Februari.
Advertisement
"Juga berkontribusi terhadap harga tinggi dan volatilitas di pasar minyak, Presiden Rusia Vladimir Putin memperingatkan bahwa ia dapat mengalihkan penjualan gas tertentu ke rubel. Langkah tersebut membuat kontrak berjangka Eropa melonjak, karena meningkatnya kekhawatiran akan krisis energi yang diperburuk yang dapat berdampak pada kesepakatan yang berjumlah ratusan juta dolar setiap hari.
Baca Juga
Di Asia Pasifik, Bank of Japan (BOJ) merilis risalah dari pertemuan kebijakan terbaru pada hari sebelumnya. Risalah menunjukkan bahwa pembuat kebijakan setuju bahwa inflasi konsumen bisa melampaui ekspektasi jika perusahaan meneruskan kenaikan biaya lebih cepat dari perkiraan.
"Desakan BOJ pada nada yang lebih dovish kontras dengan pendekatan Federal Reserve AS yang lebih agresif," ujar Ibrahim.
Presiden Fed San Francisco Mary Daly mengatakan baik kenaikan suku bunga 50 basis poin dan keputusan untuk memulai pengurangan aset dapat dibenarkan pada pertemuan kebijakan the Fed berikutnya, sementara Presiden Fed Cleveland Loretta Mester mengatakan dia mendukung kenaikan suku bunga front-loading pada 2022.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Dari Sentimen Internal
Dari sentimen internal, Dana Moneter Internasional (IMF) menilai Indonesia berhasil menjaga stabilitas ekonomi dan sektor keuangan di tengah pandemi. Hal tersebut terungkap dalam laporan Article IV Consultation 2021 yang baru saja dirilis, Rabu, 23 Maret 2022.
"Dengan informasi dari IMF tersebut, Bank Indonesia (BI) dan Pemerintah menyambut baik hasil asesmen IMF tersebut dan ini akan menjadi berkah tersendiri bagi pemulihan ekonomi setelah Covid-19 dan invasi Rusia ke Ukraina,” ujar dia.
Dewan Direktur IMF mengapresiasi dan memberikan catatan positif terhadap berbagai kebijakan yang ditempuh Indonesia.
Kemudian terdapat lima catatan positif yang diberikan IMF kepada Indonesia. Pertama, komitmen otoritas untuk mengembalikan batas atas defisit fiskal sebesar 3 persen pada 2023 secara gradual. Kedua, komitmen otoritas kebijakan moneter untuk berada ahead of the curve dengan tetap memerhatikan tingkat inflasi. Ketiga, upaya otoritas dalam mendorong pendalaman dan inklusi pasar keuangan, khususnya melalui digitalisasi.
Keempat, komitmen otoritas untuk melanjutkan reformasi struktural melalui reformasi di sektor riil dan sektor keuangan untuk meningkatkan investasi, mendorong pertumbuhan, dan memitigasi dampak scarring akibat pandemi. Dan kelima, komitmen otoritas untuk mengatasi dan memitigasi perubahan iklim.
Selain itu, IMF melihat kinerja ekonomi Indonesia akan terus menguat pada 2022-2023 didorong oleh peningkatan permintaan domestik dan dukungan kondisi komoditas global.
Kendati demikian, IMF menyampaikan perlunya mewaspadai beberapa risiko, terutama yang berkaitan dengan munculnya varian virus baru dan kemungkinan pengetatan kondisi keuangan global akibat normalisasi kebijakan moneter yang lebih cepat dari perkiraan.
Pada laporannya, IMF juga memberikan rekomendasi kebijakan yang sejalan dengan arah kebijakan Bank Indonesia, terutama terkait normalisasi kebijakan likuiditas, financial deepening dan digitalisasi.
Untuk itu, BI dan Pemerintah akan terus mengoptimalkan bauran kebijakan guna menjaga stabilitas dan mendukung pemulihan ekonomi nasional.
Advertisement