Liputan6.com, Banten - Berawal dari kebingungan cara mendapatkan penghasilan sepulangnya dari negeri orang, Midah Dahmalia (40) mantan eks TKI Malaysia asal kota Serang Banten, memutuskan membuat kelompok pengolahan dan pemasar (Poklahsar) Bilvie.
Tekad yang kuat, kreativitas, dan potensi yang ada, menjadi bekal Midah dalam memantapkan diri membuka kelompok usaha klaster perempuan yang bergerak pada olahan ikan bandeng.
Baca Juga
“Kebetulan saya dulu eks TKI dan rata-rata yang saya tahu mantan TKI itu ketika sudah pulang ke Indonesia itu bingung mau kerja apa. Jarang yang kepikiran buka usaha, kemudian setelah saya pikir kenapa enggak saya bikin kelompok usaha, saya rekrut teman-teman eks TKI khususnya perempuan biar suksesnya berjamaah dan masing-masing pada punya penghasilan,” kata Midah kepada Liputan6.com, Jumat (25/3/2022).
Advertisement
Disisi lain, besarnya potensi budidaya bandeng di kota Serang khususnya di kelurahan Sawah Luhur Kecamatan Kasemen, menarik minat kelompok pembudidaya ikan untuk membudidayakan komoditas perikanan ini.
Peluang terbuka tidak hanya meraup rupiah dalam bentuk bandeng segar. Tapi menyulapnya menjadi macam-macam produk yang memiliki nilai tambah lebih, sehingga dapat dijual dengan harga yang lebih baik bila daripada dalam bentuk segar.
Dari sini, lahir maka usaha pengolahan sate bandeng dan bermacam-macam produk olahan dari bandeng yang digagas Midah sebagai ketua Poklahsar Bilvie.
Poklahsar Bilvie beralamat di lingkungan kemang RT 01/RW 02 kelurahan Penancangan, kecamatan Cipocok Jaya Kota Serang, Banten. Tepatnya dibentuk pada 2015 dengan hanya beranggotakan 5 orang.
Seiring berjalannya waktu, anggota mulai bertambah hingga 25 anggota tergabung di Poklahsar Bilvie. Ternyata, animo masyarakat yang ingin bergabung Poklahsar Bilvie juga tak terbendung.
Midah pun memutuskan membentuk kelompok-kelompok usaha klaster perempuan baru yang mengolah ikan bandeng. “Dari 25 orang itu tidak hanya eks TKI saja tapi juga ada ibu rumah tangga yang ikut gabung,” ujarnya.
Pendapatan Terus Tumbuh
Para anggota dibagi tugas untuk mengelola Poklahsar Bilvie dibagi menjadi 2 bagian, yaitu pengelola dan pemasar. Terdapat 7-8 orang yang bertugas mengolah dan sisanya khusus untuk memasarkan.
Modal usaha Rp 10 juta kala itu yang berasal dari pinjaman bank, menjadi batu loncatan kesuksesan Poklahsar Bilvie. Dari modal tersebut digunakan untuk membeli bahan baku sebanyak 5 kg ikan bandeng dan peralatan pengolahan ikan semi manual.
Dalam menjalankan usahanya, Poklahsar Bilvie mampu memproduksi hingga 120 kg ikan bandeng per hari. Namun, kata Midah, jumlah produksi ikan bisa berubah-ubah tergantung kebutuhan. Dari jumlah produksi tersebut, tidak heran apabila pendapatan anggota kelompok setiap bulannya bisa mencapai Rp 15 juta - Rp 60 juta.
“Anggota kelompok memiliki produksi masing-masing, setiap anggota itu penghasilannya berbeda. Misalnya si A punya usaha kerupuk baso, dan pencatatan keuangannya sendiri baru lapor ke kelompok. Kita per kelompok itu tidak satu rumah produksi. Pendapatan kotornya per anggota minimal dalam satu bulan Rp 15 juta dan paling besar itu Rp 60 jutaan,” ungkapnya.
Secara keseluruhan pendapatan Poklahsar Bilvie mampu mencapai Rp 100 juta per bulan. Namun, pandemi covid-19 di awal tahun 2020 menyebabkan omzet turun hingga 70 persen.
Advertisement
BRI Buka Jalan
Masa pandemi adalah momen yang luar biasa bagi kelompok usaha Midah yang dulu mengandalkan penjualan offline. Pandemi membuat Midah dan rekan banting stir mencari cara agar pendapatannya kembali stabil seperti sebelum pandemi.
“Syukurnya ada kurasi dari BRILIAN Preneur dan kurasi dari Bank Indonesia. Alhamdulillah kita masuk kemudian di coaching untuk onboarding bagaimana caranya agar produk kita ada di toko online. Alhamdulillah tahun 2021 kita sudah punya toko-toko online di marketplace, penjualan mulai stabil,” katanya.
Pemasaran produk Poklahsar Bilvie memang difokuskan untuk menjaring reseller penjualan secara offline. Telah ada 40 toko penyaluran produk khusus untuk reseller, produknya pun sudah melanglang buana ke seluruh penjuru tanah air. Bahkan berkat kurasi BRILIAN Preneur, penjualan olahan bandeng sampai ke 3 negara di Asia yaitu Malaysia, Singapura, dan Thailand, termasuk ekspor ke Korea Selatan.
Dilihat dari segi keuntungan, Midah mengaku penjualan secara offline lebih menguntungkan. Karena pihaknya lebih mengejar kuantitas penjualan offline melalui reseller dibanding penjualan online.
Selain menghasilkan sate bandeng sebagai produk unggulannya, kelompok ini juga menghasilkan produk berupa kerupuk ikan payus, kerupuk rumput laut, abon ikan bandeng, pangsit abon bandeng, kerupuk baso ikan, bandeng buntet, baso ikan bandeng, dan nuget bandeng sebagai produk inovasi turunan dari ikan bandeng.
“Pertama kali kita bikin sate bandeng karena merupakan makanan khas daerah yang banyak dicari wisatawan atau pendatang dari luar. Jadi potensinya ada dan peluang usahanya juga ada. kemudian kita berinovasi ada produk abon ikan bandeng, kerupuk baso dan banyak pokoknya ada 12 produk inovasinya,” ujarnya.
Harga 1 produk untuk reseller dibanderol mulai harga Rp 14.000 hingga Rp 32.000, sementara untuk penjualan online mulai dari Rp 15.000 hingga Rp 40.000 per produk.
Dalam prosesnya, Poklahsar Bilvie tentu mengalami kesulitan, terutama dari segi sumber daya manusia. Karena Midah bukan “trainer”, dia mengaku sering kesulitan untuk mengatur anggotanya.“Kita kan sudah ada buku panduan kelompok apa saja tugasnya masing-masing, dan apa yang kita akan capai seperti omzet. Ada aja orang-orangnya yang bandel gak ikut aturan. Kedua, kadang mereka lebih mementingkan kepentingan pribadi dibanding kelompok. Lebih ke SDM masalahnya,” ujarnya.
Poklahsar Bilvie merupakan satu-satunya Poklahsar yang sudah mendapatkan sertifikat Kelayakan Pengolahan (SKP) di provinsi Banten. Tak hanya itu saja, Poklahsar Bilvie juga menjadi salah satu kelompok yang cukup dikenal di kota Serang.
Buktinya banyak prestasi yang telah diraih Poklahsar Bilvie, diantaranya pada tahun 2021 mendapatkan juara 1 penjualan online terbaik dari Bank Indonesia, juara 2 inovasi produk terbaik dari Bank BRI, juara 1 UMKM terbaik tingkat kota Serang, dan unit pengolahan ikan terbaik se Provinsi Banten.
Kemudian, pada tahun 2016 menjadi juara 2 tingkat nasional festival kuliner Nusantara, dan tahun 2015 sebagai pelopor wirausaha pemuda. Tentu, kemajuan-kemajuan yang diperoleh Poklahsar Bilvie tidak lepas dari peran serta penyuluh-penyuluh perikanan yang ada di kota Serang, dan didukung oleh keinginan yang besar dari masing-masing anggota kelompok untuk lebih maju dan berkembang.
Untuk meningkatkan solidaritas dan kekompakan dalam kelompok, Poklahsar Bilvie sering melakukan kegiatan pertemuan kelompok yang rutin dilakukan setiap minggu sekali dan dilakukan secara bergiliran di rumah masing-masing anggota kelompok.
Disisi lain, untuk meningkatkan produktivitas, Poklahsar Bilvie giat melakukan berbagai program, diantaranya branding produk.
“Alhamdulillah produk kita sudah dikenal sama pemerintah dan masyarakat luas. Kedua, meningkatkan taraf hidup anggota kelompok, semua ekonominya sudah bagus dibanding sebelum bergabung dengan kelompok kita. Ketiga, kita berbagi. Kita sisihkan berapa persen dari penghasilan bersama untuk berbagi dengan yang tidak mampu. Minimal 10 persen dari keuntungan bersih,” ujarnya.
Terus Berinovasi
Saat ini kondisi usaha Poklahsar Bilvie semakin berkembang, hal itu berkat dukungan BRI yang memberikan bantuan dalam bentuk peralatan. Perempuan asal Serang ini mengaku senang kelompok usahanya mendapatkan bantuan dari BRI.
Kebetulan Poklahsar Bilvie merupakan salah satu usaha binaan BRI, atas dasar itulah kelompok usaha Midah dipilih BRI. Kata Midah, BRI memberikan dana sebesar Rp 80 juta untuk membeli alat yang dibutuhkan.
“Kita dapat bantuan dari BRI dalam bentuk peralatan berupa mesin pelunak daging ikan karena kita buat baso. Kita dapat bantuan akhir tahun 2021, Kita cari alat sendiri dikasih budget Rp 80 juta sama BRI. Sekarang usahanya makin berkembang,” ujarnya.
Midah pun menegaskan kelompok usahanya akan terus berinovasi, dan dia berharap produk Poklahsar Bilvie bisa ekspor ke seluruh Asia, dan ke Timur Tengah.
Pemberdayaan menjadi kunci penting untuk mengangkat peran perempuan agar mampu berkarya dan berdikari. Seperti diketahui, keterlibatan perempuan dalam berbagai bidang kehidupan memiliki banyak fungsi. Seperti mencapai kesetaraan dalam segala bidang serta meningkatkan kapasitas perempuan untuk memperoleh akses terhadap sumber daya dengan tujuan untuk meningkatkan kompetensi perempuan. Sehingga perempuan tersebut dapat lebih baik dalam bidang ekonomi, sosial, politik dan budaya.
Untuk mewujudkan perempuan berdikari, Bank Rakyat Indonesia memberikan bukti nyata melalui Bantuan Pemberdayaan Kelompok Perempuan. Bantuan program berupa pemberian pelatihan dan peralatan usaha bagi Komunitas Perempuan di satu wilayah.
Advertisement