Sukses

Dato Sri Tahir Mengaku Masih Tak Pede Meski Sudah Jadi Miliarder, Mengapa?

Meskipun saat ini pemilik Grup Mayapada ini adalah salah satu orang terkaya di Indonesia, Tahir tetap merasa memiliki habitat dengan orang miskin.

Liputan6.com, Jakarta - Miliarder pemilik Mayapada Group yaitu Dato Sri Tahir buka-bukaan mengenai kehidupan pribadinya. Meskipun masuk dalam deretan orang terkaya di Indonesia menurut Forbes, Tahir masih merasa tidak pede.

Tahir bercerita, ia berasal dari keluarga miskin. Orang tua Tahir memiliki pekerjaan menyewakan becak. Dia dan keluarga hidup dari uang setoran para tukang becak yang jumlahnya tak seberapa.

"Pasti itu membuat inferiority complex dalam diri kita. Lalu kita bertumbuh, kita melihat sebagian orang luar meskipun tidak semuanya menginjak orang tua saya, menekan ataupun menghina termasuk family sendiri dan itu memperberat inferiority complex," kata Tahir dikutip dari Youtube Grace Tahir yang adalah anak dari Dato Sri Tahir, Minggu (27/3/202).

Menurutnya, hal ini adalah proses dan mendarah daging di darah Tahir. Akibatnya, ia tidak bisa terima jika melihat kejadian orang sudah ditekan orang kaya. "Saya merasa habitat saya adalah orang yang lemah," jelas dia.

Meskipun saat ini pemilik Grup Mayapada ini adalah salah satu orang terkaya di Indonesia, ia tetap merasa memiliki habitat dengan orang miskin. Ia merasa nyaman jika kembali ke rombongan orang miskin.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

2 dari 2 halaman

Masuk Keluar Riady

Dato Sri Tahir juga bercerita bahwa dirinya sempat merasa tidak sepenuhnya diterima oleh konglomerat Mochtar Riady, yang merupakan ayah mertuanya.

Saat ia menjadi suami dari Rosy Riady, putri pendiri Lippo Group Mochtar Riady, dirinya masih dalam keadaan biasa saja.

Tahir bercerita bahwa Mochtar Riady adalah seorang yang luarnya modern tetapi dalamnya sangat kolot. Salah satunya dengan lebih mementingkan anak laki-laki.

Berbeda, Tahir berasal dari lingkungan yang moderat dan mengambil ajaran barat.

"Ini culture yang berbeda dan tidak mudah untuk menyesuaikan. You mau menyesuaikan culture belum tentu lawan mau terima. Jadi kita mau masuk ke keluarga Riady belum tentu dia mau terima," ujarnya.