Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) melemah pada perdagangan di awal pekan ini. Pelemahan nilai tukar rupiah ini masih disebabkan karena tekanan perang yang masih berlangsung di Ukraina.
Pada Senin (28/3/2022), nilai tukar rupiah bergerak melemah 14 poin atau 0,1 persen ke posisi 14.351 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya 14.337 per dolar AS.
"Belum ada perkembangan menuju kesepakatan damai (antara Ukraina dan Rusia)," ujar analis Pasar Uang Ariston Tjendra kepada Antara.
Advertisement
Menurut dia, perang telah memicu risiko inflasi dengan naiknya harga-harga komoditi di mana inflasi bisa menekan pertumbuhan ekonomi global.
Di sisi lain, pasar juga masih mempertimbangkan potensi kenaikan suku bunga acuan Bank Sentral Amerika Serikat (AS), The Fed yang agresif tahun ini.
Tingkat imbal (yield) hasil obligasi pemerintah AS telah menguat selama tiga minggu terakhir, di mana yield surat utang Negeri Paman Sam tenor 10 tahun sempat menyentuh kisaran 2,5 persen pada perdagangan akhir pekan kemarin.
"Level yang belum pernah disentuh sejak 6 Mei 2019," ucap dia.
Maka dari itu, kata Ariston, kenaikan tingkat imbal hasil tersebut mengindikasikan pasar berekspektasi kenaikan suku bunga acuan AS akan lebih agresif tahun ini.
Â
Baca Juga
Â
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Data Tenaga Kerja AS
Pekan ini, data tenaga kerja AS yang akan dirilis bisa mendukung kebijakan kenaikan suku bunga acuan AS yang agresif pada tahun ini, dengan pertimbangan tingkat inflasi yang tinggi dan data tenaga kerja yang positif.
Untuk hari ini, mata uang Garuda diperkirakan melemah ke rentang 14.360 per dolar AS hingga 14.380 per dolar AS, dengan potensi penguatan ke arah 14.330 per dolar AS.
Advertisement