Liputan6.com, Jakarta Kenaikan harga Pertamax menjadi Rp 12.500 per liter mulai 1 April 2022 dinilai sesuatu yang tidak terelakkan. Hal ini mengingat harga minyak dunia mengalami kelonjakan. Meski demikian, harga BBM tersebut lebih murah dibandingkan sejumlah negara di ASEAN,
Persoalan kenaikan minyak dunia itu tentu saja berdampak pada harga BBM dalam negeri. Ini juga kemudian akan mempengaruhi naiknya nilai subsidi pada BBM bersubsidi seperti Solar dan Premium.
Karena itu, apa yang disampaikan Menteri BUMN Erick Thohir, tentang rencana menaikkan harga BBM jenis Pertamax tidak ada masalah.
Advertisement
Ketua Umum Majelis Pimpinan Nasional Pusat Kedaulatan Rakyat Razikin mengapresiasi rencana kebijakan tersebut, karena diikuti juga dengan adanya subsidi untuk BBM jenis Pertalite.
“Indonesia saya kira menurut berbagai sumber, harga jual beberapa jenis BBM seperti Pertamax Pertamina dan harga BBM non-subsidi kita ini lebih murah dibanding dengan negara tetangga kita, seperti Singapura Rp30.800 per liter, Thailand Rp20.300 per liter, Laos Rp23.300 per liter, Filipina Rp18.900 per liter, Vietnam Rp19.000 per liter, Kamboja Rp16.600 per liter dan Myanmar Rp16.600 per liter,” jelasnya dikutip Jumat (1/4/2022)
Selanjutnya Razikin menegaskan, menaikkan harga BBM Pertamax dan menyubsidi Pertalite adalah sebuah formulasi kebijakan yang harus diambil.
"Saya harus memberi apresiasi pada Erick Thohir, yang secara gamblang menyampaikan rencana tersebut, dan ini merupakan kebijakan yang tidak populis," ujarnya.
“Karena itu, saya percaya rakyat Indonesia dapat menerima apa yang disampaikan Erick Thohir. Hari-hari ini, seluruh dunia sedang mengalami hal yang sama akibat konflik Rusia-Ukraina. Bahkan secara ekstrem kita mendorong Pertamina untuk menyiapkan skenario terburuk apabila situasi global seperti konflik Rusia-Ukraina tidak menunjukkan tanda-tanda berakhir,” lanjut Razikin.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Harga BBM
Sebelumnya, PT Pertamina (Persero) memutuskan untuk menaikkan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) RON 92 jenis Pertamax menjadi Rp 12.500 per liter mulai 1 April 2022. Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan menyatakan, keputusan tersebut terlambat.
Luhut Binsar Pandjaitan menjelaskan, harga minyak mentah dunia telah naik cukup lama dari yang rata-rata USD 60 per barel menjadi USD 120 per barel. Harga minyak mentah ini melebihi batas kewajaran di APBN 2022. Untuk diketahui, dalam asumsi makro APBN harga minyak dipatok USD 63 per barel.
"Saya ingin berikan gambaran, seluruh dunia kemarin (naik) paparan saya kepada presiden (Jokowi). Memang kita yang paling terlambat menaikkan (BBM). Semua negara-negara sudah naik," kata Luhut saat meninjau Proyek LRT di Depo LRT Jabodebek Bekasi, Jumat (1/4/2022).
Menko Luhut menyebut, kenaikan komoditas minyak mentah dunia sendiri dipengaruhi oleh sejumlah faktor. Antara lain dengan peningkatan permintaan akibat pemulihan ekonomi global hingga perang antara Rusia dan Ukraina.
"Sekarang sunflower tidak bisa impor atau ekspor dari Ukraina karena perang," ungkapnya.
Untuk itu, dia menyatakan kenaikkan harga BBM jenis Pertamax sudah harus dilakukan pada 1 April 2022. Hal ini demi menyelamatkan keuangan Pertamina imbas mahalnya harga minyak mentah dunia.
"Kalau di tahan terus nanti akan jebol (keuangan) Pertamina. Jadi, terpaksa harus kita lakukan," tutupnya.
Advertisement