Liputan6.com, Jakarta - Perusahaan migas Amerika Serikat, ExxonMobil disambut dengan 'booming' harga minyak beberapa waktu belakangan. Namun, perusahaan ini juga dibayangi kondisi bisnis usai hengkang dari Rusia imbas perang dengan Ukraina.
Dikutip dari CNN Business, Selasa (5/4/2022), laba ExxonMobil diprediksi akan melihat peningkatan pada kuartal pertama ini.
Baca Juga
Tetapi di sisi lain, perusahaan itu juga akan kehilangan uang karena keputusannya gulung tikar dari Rusia di tengah konflik di Ukraina.
Advertisement
Exxon, akan merilis laporan pendapatan kuartalannya pada 29 April 2022 mendatang. Perusahaan itu pun optimis laba akan meningkat signifikan.
Bisnis inti Exxon, yaitu minyak dan gas, diyakini akan meningkatkan laba perusahaan hingga USD 2,3 miliar atau setara Rp. 32,9 triliun dibandingkan kuartal keempat 2021 lalu.
"Harga gas alam yang lebih tinggi dapat menambah (laba) hingga USD 400 juta," beber Exxon.
 Tetapi keputusan meninggalkan proyek pengeboran di Rusia juga berpotensi mengakibatkan kerugian USD 4 miliar, karena sebagian proyek dimiliki oleh Pemerintahan Presiden Vladimir Putin.
Exxon, Chevron, dan Kongres AS Akan Bahas Untung-Rugi Gulung Tikar dari Rusia
Exxon sebelumnya mengatakan akan menghentikan operasional di proyek pengeboran Sakhalin-1 di Rusia. "Tergantung pada persyaratan keluarnya," kata perusahaan itu.
Langkah tersebut dilakukan sebagai tanggapan atas invasi militer Rusia di Ukraina, menyusul serangkaian sanksi ekonomi dari negara Barat.
Exxon dan Chevron, bersama eksekutif senior dari beberapa perusahaan migas lainnya, dijadwalkan bertemu dengan kongres pada Rabu besok (6/4/2022) untuk membicarakan keputusan lebih lanjut terkait masalah kerugian yang bisa dihadapi saat gulung tikar dari Rusia.
Advertisement