Liputan6.com, Jakarta Harga emas stabil setelah rilis risalah pertemuan Bank Sentral Amerika Serikat (AS) atau Federal Reserve (The Fed) pada Maret.
Emas dinilai menjadi investas yang aman dari inflasi yang mampu mengimbangi kenaikan suku bunga 50 basis poin yang diharapkan oleh bank sentral AS.
Baca Juga
Dikutip dari CNBC, Kamis (7/4/2022), harga emas di pasar spot sedikit berubah pada USD 1.923,50 per ounce dan emas berjangka AS turun 0,2 persen pada USD 1.923,10.
Advertisement
“Anda akan melihat perdagangan emas sedikit lebih rendah antara sekarang dan penutupan hari ini, tetapi benar-benar tidak ada kejutan besar pada menit-menit (saat pertemuan The Fed) itu,” kata Ahli Strategi Pasar Senior RJO Futures Bob Haberkorn.
Pejabat The Fed mencatat ada satu atau lebih kenaikan suku bunga acuan sebesar 50 bps yang ditargetkan, sesuai pada pertemuan berikutnya yaitu pada bulan Mei mendatang. Hal ini terutama jika tekanan inflasi tetap tinggi atau meningkat.
The Fed menaikkan suku bunga sebesar 25 bps setelah pertemuan pada Maret lalu, dan risalah menunjukkan bahwa efek ekonomi dari invasi Rusia ke Ukraina pada akhir Februari mencegah kenaikan suku bunga acuan sebesar 50 bps.
Naiknya suku bunga AS dan imbal hasil yang lebih tinggi meningkatkan biaya peluang memegang emas batangan, yang juga digunakan sebagai lindung nilai terhadap kenaikan inflasi.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Prediksi Harga Emas
Haberkorn menambahkan, harga emas bagaimanapun bisa terus meningkat untuk dua kuartal berikutnya, karena The Fed tidak akan mampu menaikkan suku cukup cepat untuk memerangi inflasi yang tinggi.
Sementara nilai tukar dolar melonjak ke tertinggi hampir dua tahun dan meredupkan daya tarik emas.
“Masih ada beberapa hal yang bisa memicu reli emas lainnya. Inflasi terus meningkat melampaui ekspektasi saat ini, pembicaraan Ukraina-Rusia runtuh atau resesi, ” kata Craig Erlam, analis pasar senior di OANDA.
Untuk logam lain, harga perak naik 0,4 persen menjadi USD 24,40 per ounce. Sedangkan harga platinum turun 1,5 persen menjadi USD 953,88, dan harga paladium turun 2,2 persen menjadi USD 2.189,43.
Advertisement
Harga Emas Tergelincir Imbas Kenaikan Imbal Hasil Treasury AS
Sehari sebelumnya, harga emas turun pada hari Selasa karena meningkatnya imbal hasil Treasury AS dan ekspektasi untuk pengetatan kebijakan moneter yang lebih agresif oleh Federal Reserve.
Sentimen ini jelas mengimbangi permintaan safe-haven untuk emas batangan yang didorong oleh kemungkinan sanksi baru Barat terhadap Rusia.
Dikutip dari CNBC, Rabu (6/4/2022), harga emas di pasar spot turun 0,6 persen pada USD 1.921,47 per ons pada 14:16. EDT (1816 GMT). Emas berjangka AS turun 0,3 persen pada USD 1.927,50.
Benchmark imbal hasil Treasury 10-tahun naik setelah Gubernur Fed Lael Brainard mengatakan dia mengharapkan kenaikan suku bunga metodis dan pengurangan cepat ke neraca bank sentral untuk membawa kebijakan moneter AS ke "posisi yang lebih netral" akhir tahun ini.
Ekspektasi Fed untuk sedikit lebih agresif dalam memerangi tekanan inflasi membebani emas, mengingat "dia (Brainard) umumnya dianggap sebagai salah satu anggota Fed yang lebih dovish," kata David Meger, direktur perdagangan logam di High Ridge Futures.
Naiknya suku bunga AS meningkatkan biaya peluang memegang emas yang tidak memberikan imbal hasil.
Dolar AS juga menguat, membatasi selera pembeli luar negeri untuk emas.
Risiko Geopolitik
"Risiko geopolitik kemungkinan akan menjadi pendorong utama jangka pendek dan itu akan membantu emas memperluas kisaran perdagangan itu (USD 1.900 - USD 1.950), di mana Anda bisa melihat harga bahkan mungkin naik ke USD 1.975," kata Edward Moya, analis pasar senior di OANDA.
Tetapi aksi harga juga dapat dipengaruhi oleh rilis pada hari Rabu dari risalah dari pertemuan kebijakan terakhir The Fed, yang akan dipindai untuk petunjuk tentang lintasan kenaikan suku bunga, tambah Moya.
Indeks Wall Street jatuh setelah komentar Brainard, yang menakuti investor yang sudah khawatir tentang prospek sanksi baru terhadap Rusia.
Advertisement