Liputan6.com, Jakarta - Perusahaan tambang emas yang berbasis di Kanada, yakni Kinross Gold Corp sepakat menjual asetnya di Rusia ke perusahaan yang dikendalikan oleh raja tambang Vladislav Sviblov.Â
Dilansir dari Bloomberg, Jumat (8/4/2022) nilai penjualan aset Kinross Gold mencapai USD 680 juta atau setara dengan Rp 9,76 triliun (Asumsi kurs Rp 14.380 per USD).
Baca Juga
Keputusan ini merupakan wujud komitmen perusahaan tersebut untuk keluar dari Rusia setelah invasi di Ukraina.
Advertisement
Sementara itu, sebagian besar uang tunai terkait penjualan ke Highland Gold Mining Ltd. ditangguhkan sementara.
Kinross Gold akan menerima USD 100 juta pada penutupan dan USD 150 juta tahun depan, dengan sisanya jatuh tempo antara 2024 dan 2027, demikian menurut keterangan produsen emas itu.
Kinross awalnya mengindikasikan akan melanjutkan operasinya di Rusia, yang berada di Timur Jauh negara itu dan produksinya diproyeksikan mencapai sekitar 13 persen tahun ini.
Tetapi rencana itu berubah arah pada awal Maret 2022, dengan menangguhkan operasi di tambang Kupol dan proyek Udinsk serta memulai pencarian pembeli.
Kesepakatan tersebut juga menunggu persetujuan pemerintah Rusia dan penyelesaian perjanjian tambahan, "yang merupakan rintangan yang berpotensi berat," kata analis Keuangan Bank Nasional, Mike Parkin dalam sebuah catatan.
Namun, kesepakatan itu "cukup adil jika melihat nilainya mengingat situasi saat ini," jelasnya.Â
Saham Kinross Gold Naik
Saham Kinross naik 0,1 persen menjadi C USD 7,51 di Toronto. Saham telah naik 2,3 persen tahun ini, tertinggal dari kenaikan 4,1 persen dari indeks acuan Kanada yitu S&P/TSX Composite.
Sebagai informasi, Fortiana Holdings Ltd milik Sviblov mengambil alih Highland pada tahun 2020 setelah membeli 40 persen saham dari miliarder Roman Abramovich dan investor lainnya dalam kesepakatan sekitar USD 1,4 miliar.
Advertisement
Mengenal Kinross Gold Corp
Dilansir dari laman website resminya kinross.com, Kinross Gold Corp adalah perusahaan tambang emas yang berbasis di Toronto, Kanada.
Didirikan pada 1993, Kinross mempekerjakan sekitar 9.000 orang di seluruh dunia.
Di laman resminya, perusahaan ini mengatakan pihaknya "berfokus untuk memberikan nilai melalui keunggulan operasional, kekuatan neraca, pertumbuhan yang disiplin, dan penambangan yang bertanggung jawab".Â
Selain itu, Kinross juga memiliki beragam portofolio tambang dan proyek di Amerika Serikat, Brasil, Chili, Ghana, Mauritania, dan Rusia.
Perusahaan tambang emas itu kini dipimpin oleh J. Paul Rollinson, sebagai President and Chief Executive Officer, dan Geoffrey P. Gold, sebagai Executive Vice-President, Corporate Development, External Relations & Chief Legal Officer.Â
Di Rusia, Kinross memiliki sejarah operasi selama lebih dari 25 tahun dan mengoperasikan tambang Kupol berkualitas tinggi dan berbiaya rendah di wilayah Chukotka di negara itu.
Sebelum ditangguhkan, proyek Udinsk di Khabarovsk Krai, sedang dalam tahap studi kelayakan.
Sebelum menjual asetnya, Kinross Gold menargetkan pertumbuhan produksi tahun 2022 sebesar 2,65 persen.
Sementara di tahun 2023 mendatang, perusahaan ini mengharapkan pertumbuhan produksi sebesar 2,8 persen.
Namun, pertumbuhan produksi tahun 2024 ditargetkan hanya 2,6 persen.
Harga Emas Naik Tipis Terangkat Perang Rusia Ukraina
Harga emas dunia naik tipis dipicu kekhawatiran inflasi meningkat imbas perang Rusia Ukraina dan meningkatnya sanksi terhadap negara beruang merah ini melampaui tekanan dari sikap kebijakan agresif Federal Reserve AS.
Melansir laman CNBC, Jumat (8/4/2022), harga emas dunia di pasar spot naik 0,3 persen menjadi USD 1.930,80 per ounce. Adapun harga emas berjangka AS naik 0,6 persen menjadi $1.934,4.
Analis UBS Giovanni Staunovoeskipun mengatakan, meskipun ada panduan dari The Fed yang ingin menaikkan suku bunga lebih cepat ke depan, di sisi lain pihaknya masih melihat inflasi meningkat.
"Kami terus melihat permintaan yang relatif kuat untuk emas batangan dan koin fisik di seluruh papan dengan ketidakpastian pasar dan kekhawatiran tentang pertumbuhan ekonomi di masa depan karena harga energi yang tinggi," jelas dia.
Risalah pertemuan Fed bulan Maret menunjukkan kekhawatiran yang mendalam di antara pembuat kebijakan bahwa inflasi telah meluas. Di mana, banyak negara bersiap untuk menaikkan suku bunga hinngga kenaikan 50 basis poin.
Sikap hawkish bank sentral mendukung benchmark imbal hasil Treasury AS 10-tahun dan dolar mendekati tertinggi multi-tahun.
Advertisement